Beranda · Belajar · Kontak · Privacy Policy

PB Djarum, bukan Camp Militer


Untuk urusan kedisiplian, PB DJarum lebih menanamkan kesadaran pribadi atlet dan pendekatan personal untuk menanamkan mental juara daripada kedisiplinan ala militer.

Ridha Ananda Cipta

Untuk seorang atlet, disiplin adalah salah satu kata pusaka yang harus dicerminkan di dalam kehidupan masing-masing atlet. Ketidak-disiplinan dapat menyebabkan performa seorang atlet tidak maksimal.
“Kedisiplinan sangat penting dan (merupakan) mental juara, bukan hanya di badminton, juga di dalam kehidupan, terutama disiplin, motivasi, tanggung jawab dan etika” kata Lius Pongoh (52), legenda tunggal putra ketika ditemui di sela-sela kesibukannya sebagai pegurus PB Djarum, Jum’at (1/6).
Meskipun memiliki peraturan yang harus ditaati, PB Djarum tidak mau memperlakukan atletnya seperti di camp militer. PB yang berdiri tahun 1974 menekankan urusan mentaati peraturan di kembalikan ke masing-masing atlet. Persepsi tiap atlet tentang kedisiplinan tentu berbeda, PB tempat Liem “King Smash” Swie King meniti tangga juara ini tidak mau mengekang para atletnya. Pada dasarnya setiap atlet sadar mereka datang ke bukan untuk bersenang-senang untuk terus berlatih dan menjadi juara.
“Ini bukan camp militer, peraturan tetap ada, tapi urusan taat mentaati kita kembalikan kembali atlet, kalau terus melanggar, ya ada sanksi. Mereka di sini sudah mengorbankan hari-harinya dan masa senang-senang dan berlatih menjadi juara, masak kita kekang-kekang terus kayak militer” lanjut pecinta olahraga beladiri yang lebih menyarankan anaknya sendiri menjadi guru ini.
Sanksi bukanlah selamanya menjadi solusi dalam mengatasi masalah kedisiplinan. Kesadaran diri adalah hal penting yang harus ditanamkan di masing-masing atlet. Lebih lanjut sanksi malah membuat atlet patuh ketika ada yang melihat saja, bukan tertanam di mentalnya.
“Sanksi mah gampang, tinggal di suruh ini itu atau dikeluarkan, selesai. Tetap ada, tapi apakah itu solusi?  Pendekatan personal lebih perlu untuk meningkatkan kesadaran diri. Atlet juga paham kok kalau begadang misalnya, akan menyebabkan permainannya jelek, dan tidak maksimal. Apalagi Indonesia Open sudah dekat”  pungkas juara Indonesia Open 1984 kelahiran Jakarta, 3 Desember ini.
“Ini bukan camp militer, peraturan tetap ada, tapi urusan taat mentaati kita kembalikan kembali atlet, kalau terus melanggar, ya ada sanksi. Mereka di sini sudah mengorbankan hari-harinya dan masa senang-senang dan berlatih menjadi juara, masak kita kekang-kekang terus kayak militer”
Kedisiplinan sangat diperlukan bagi atlet PB Djarum yang akan berlaga di Djarum Indonesia Open Premiere Super Series (DIOPSS 2012) yang akan berlangsung 12-17 Juni nanti. Pemain harus terus fit fisik dan mentalnya dari latihan hingga pertandingan, hingga atlet diharapkan dapat mengeluarkan kemampuan maksimalnya di pertandingan sebenarnya
“Saat ini mereka (para atlet – red.) sudah memasuki fase persiapan khusus menghadapi Indonesia Open, 2 minggu lagi, harus bisa maksimal setiap latihan sampai pertandingan nanti” tutur Sigit Budiarto (37) pelatih ganda putra taruna, pada konferensi pers, Kamis (31/5)
“Bisa main di Indonesia Open saja sudah hebat, kita tak mentargetkan terlalu tinggi, yang penting atlet main maksimal dan menambah pengalaman dan mental mereka” tutup Juara All England 2003 yang hobi bermain drum ini tentang target anak didiknya yang masih  taruna tapi sudah mampu berlaga di ajang bulutangkis yang sejak pagelaran tahun 2011 naik tahta menjadi premiere super series ini.
Tak tanggung-tanggung, buah hasil bentuk kedisiplinan ala PB Djarum telah menelurkankan jawara-jawara dunia bulutangkis semacam Liem Swie King, Ardy Wiranata, Alan Budi Kusuma, hingga Ivana Lie.

Bawa Motor = Ngepel Asrama
Di PB Djarum, saat-saat waktu bebas yakni ketika tidak ada latihan, atlet dapat melepas lelah sejenak keluar dari asrama, akan tetapi tetap dalam batasan tertentu. Gembok pagar asrama akan dikunci antar pukul 9 atau 10 malam.
Peraturan terbaru juga melarang pemain yang tinggal di asrama untuk mengendarai sepeda motor selama menjadi atlet PB Djarum. Hal ini berguna untuk menjaga kedisiplinan atlet. Atlet yang melanggar mungkin akan mendapat sanksi beragam dari pelatih.
“Sebenarnya jika kita bersikap ksatria dan mau mengakui kesalahan, pelatih akan bijaksana dan mengurangi hukuman kita.” ungkap Amal Ori Wibowo (17), atlet PB Djarum yang beberapa hari lalu dihukum  mengepel asrama karena kedapatan mengendarai sepeda motor.


Santapan para Taruna

312
Rata-rata jumlah shuttlecock per pemain yang di pukul selama sesi latihan teknik. 20 suttlecock kali 12 untuk latihan kekompakan ganda dan 6 shuttlecock kali 12 untuk latihan smash.

 33
Jumlah jam latihan dalam seminggu atlet Ganda PB Djarum. 3,5 jam hari senin-jum’at pagi untuk latihan teknik, 3 jam sore hari latihan fisi hari senin, selasa, kamis dan jum’at.

16
Jumlah kamar asrama atlet di PB Djarum Jakarta (di kawasan Pegangsaan). Putra dan putri masing-masing mendapat jatah 8 kamar.

Tulisan ini adalah hasil karya di Pelatihan Jurnalistik Bulutangkis Mahasiswa 2012. berhasil menjadi 10 terbaik.

Artikel keren lainnya:

INDONESIA MERINDUKAN KEJAYAAN BULUTANGKIS INDONESIA


Indonesia. Ada 2 olahraga yang paling termahsyur di negeri ini.
Sepakbola. Tak ada orang yang tak mengenal olahraga ini. Setiap kota hampir pasti punya stadion untuk memainkannya, atau di lapangan rumput luas, atau di lapangan kosong apa saja, hingga di jalanan kosong. Maklum, modalnya sangat-sangat tersedia. Kaki dan bola sepak. Tak soal berapa jumlah pemain, asal punya pemain genap, ia dapat dimainkan. Di negeri ini memang, tak soal peraturan, yang penting bisa senang dan bermain, terutama bagi mereka yang memainkkannya sekedar hobi. Dahulu, katanya, Indonesia adalah Macan Asia di sepak bola, semua orang kagum pada negeri ini. Sekarang, macan itu seperti kehilangan giginya. Kisruh kepemimpinan di tubuh pengelola tertinggi olahraga ini, kesemrawutan liga, serta intervensi dari pihak lain. Macan itu bukan lagi kehilangan giginya, kukunya juga sudah lepas satu per satu.
Satu lagi olahraga yang paling banyak dimainkan di negeri ini, Bulutangkis. Bagi yang tak tahu bulutangkis, adalah olahraga yang memainkan satu lawan satu atau dua lawan dua orang pemain yang bertujuan menyebrangkan shuttlecock menggunakan raket, ke daerah lapangan lawan yang dibatasi oleh net.
Sementara lupakan tentang sepakbola, di negeri ini, Bulutangkis adalah olahraga paling merata demografinya. Di sudut-sudut gang-gang Jakarta, anak-anak bermain badminton walau dengan perlengkapan seadanya. Hingga di sudut lain negeri ini, di pertambangan sudut paling timur Indonesia misalnya, bapak-bapak tua tetap menyisihkan waktu sekali seminggu untuk melepas penat, emosi dan hasrat melalui olahraga ini. Dari mereka yang sekedar hobi, hingga yang menggantungkan hidupnya pada kelincahan lengan-lengan mengayunkan raket. Ada yang baru jatuh cinta pada olahraga ini pada usia lanjut, ada mereka yang sudah sejak kecil menempa diri di bulutangkis. Bulutangkis bukan sekedar olahraga recehan, lebih lanjut, olahraga ini adalah tradisi negeri ini, menyatu dengan budaya negeri karena selaras dengan budaya silaturahmi ketimuran Indonesia. Paling kuat diantara olahraga-olahraga yang lain. Macan Asia? Indonesia adalah Macan Dunia. Paling tidak sebiji medali emas olimpiade pasti datang dari cabang bulutangkis, satu-satunya olahraga di Indonesia yang bisa menyumbangkan prestasi segemilang itu. Hingga apabila kata bulutangkis dikonotasikan dengan Indonesia,  mungkin tak ada orang yang protes. Bulutangkis sudah seperti budaya prestasi Indonesia di mata Dunia. Indonesia pernah menjadi adidaya dunia perbulutangkisan.
Indonesia pernah punya arjuna dan srikandi legenda bulutangkis dunia, sebut saja Liem Swie King, Rudi Hartono, Alan Budi Kusuma, Hendrawan, Hariyanto Arbi, Icuk Sugiarto, hingga Taufik Hidayat. Di putri kita mengenal Minarni, Verawaty Fazrin, Ivana Lie, hingga Susi Susanti. Mereka adalah panutan bulutangkis dunia. Nama mereka harum, terlebih nama Indonesia menjadi semerbak karena prestasinya. Sayangnya prestasi-prestasi ini sekarang kian meredup seiring perjalanan waktu.
Masih jelas di ingatan pecinta bulutangkis Indonesia, tak ada satupun pemain Indonesia yang menjadi juara di event negeri sendiri, Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2011, Indonesia harus puas melihat   pejuang-pejuangnya ditundukkan negara-negara lain. Miris, tapi itulah kenyataan yang harus diterima, bahwa bulutangkis Indonesia harus semakin keras berjuang mempertahankan nama baiknya.
Saat ini, Indonesia masih punya beberapa pemain kelas dunia yang terus berjuang mempertahankan nama harum Indonesia, belakangan mereka semakin lapuk dimakan usia. Regenerasi yang ada masih belum mampu menandingi generasi-generasi emas negeri ini.
Jika ingin lebih ektrim lagi, bila membandingkan dengan regenerasi pemain dari adidaya bulutangkis saat ini, China. Kita tak bisa bohong melihat kenyataan bahwa 4 dari 10 peringkat single putra adalah milik China, bandingkan dengan Simon Santoso yang hanya sendirian di peringkat 9 dunia. Di cabang lain, paling tidak dua wakilnya menempati 10 besar dunia, dan paling parah, hanya Lee Chong Wei single putra dari Malaysia satu-satunya pemain selain China yang menempati peringkat 1 dunia.
Satu hal yang paling Bulutangkis Indonesia buthkan saat ini adalah regenerasi. Bukan sembarang regenerasi, tapi regenerasi yang paling tidak, standar iedalnya adalah menandingi kedigdayaan China saat ini, bahkan lebih baik lagi. Perkumpulan-Perkumpulan Bulutangkis seperti PB Djarum, PB Jaya Raya, PB Mutiara, PB SGS PLN serta PB-PB lain memiliki peran besar pada regenerasi ini. Bisa dibilang mereka adalah ujung tombak perjuangan melanjutkan tradisi juara Bulutangkis Indonesia. mereka diharapkan mencari dan memupuk bibit-bibit generasi emas Indonesia kedepannya untuk dapat berprestasi pada level yang lebih tinggi lagi.
Bukanlah sekedar regenerasi, tapi perbaikan keseluruhan yang dapat mengahasilkan regenerasi raja-raja dan ratu-ratu Bulutangkis yang baru dari Indonesia. Mungkin metode pelatihan yang sudah seharusnya naik tingkat saat ini melihat perkembangan bulu tangkis negara-negara lain. Mungkin sistem yang harus dibenahi agar pemain yang benar-benar sangat berkualitas lahir kembali. Mingkin fasilitas lah yang harus dibenahi menjadi kelas dunia. Mungkin penghargaan terhadap atlet-atlet dan mantan atlet yang harus diperbaiki agar minat terhadap dunia olahraga terutama bulutangkis tak berkurang, bahkan terus meningkat. Mungkin lagi, kitalah harus berkaca pada diri sendiri, pecinta bulutangkis Indonesia, kontribusi apa yang sudah kita berikan untuk perbaikan dunia perbulutangkisan Indonesia.
Indonesia meridudukan Raja Smash setelah Liem Swie King, Indonesia merindukan Ratu Bulutangkis setelah Susi Susanti. Indonesia merindukan Raja Backhand setelah Taufik Hidayat.
2012, Djarum Indonesia Open Super Series Premier 2012, Olimpiade London. Diharapkan arjuna-arjuna dan srikandi-srikandi bulutangkis Indonesia bisa tampil gemilang.
Indonesia merindukan kejayaan Bulutangkis Indonesia.

Salam Bagi seluruh pecinta Bulutangkis Indonesia.
Hidup Bulutangkis Indonesia!!



Ridha Ananda Cipta

Artikel keren lainnya: