Beranda · Belajar · Kontak · Privacy Policy

Tertakdir

Dahulu,
Aku pikir kita belum pernah berjumpa
Rupanya nama kita telah bersanding sebelum dunia dicipta

Aku pikir harus lakukan segala cara untuk dapatkanmu meski dosa
Rupanya kau untukku dan aku untukmu ketetapan Maha Cinta

Aku kira mesti tempuh jalan panjang hingga dekati zina
Rupanya pertautan kita tinggal tunggu waktu saja

Aku kira harus merangkai cerita meski sembarang terka
Rupanya usia kisah kita lebih tua dari semesta

Aku kira harus susun alur seperti novel cinta
Rupanya telah tersusun indah pada kitab di bawah pena-Nya

Aku kira perlu jalani seperti film anak remaja
Rupanya telah lama ada skenario film tentang kita 

Maaf dariku baru saja tahu
Bahwa antara kita telah tertakdir rangkaian cinta
Bahwa dengan meng-soktahu-i takdir aku telah menyakitimu
Maafkan aku, ketetapan bagimu yang bergelimang dosa

"Allah telah menulis ketetapan dan takdir para makhluk semenjak lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi" (HR. Muslim)




Artikel keren lainnya:

#JumatBerkah : Haji

Bismillahirahmanirahim.

Jum'at, pemimpin hari. Satu lagi keberkahan Allah limpahkan di hari Jum'at untuk keluarga kami. Kali ini spesial, sangat spesial. Hari itu yang paling berbahagia adalah Ayah.

~~~~~~~

Pagi-pagi sekali, pukul 3 subuh rumah kami sudah riuh. Beberapa sepupu Mama ku memasak di dapur. Aku terbangun. Ku usap mata sebentar, lalu bangkit. Kaki ku melangkah ke dapur. Ke-kepo-an ku meningkat, ingin tahu apa gerangan yang mereka masak.
Hmmm... Asam Pedas Sambas ternyata!
Aku kurang tahu apa bumbu-bumbunya. Yang jelas di dalamnya ada daging, bihun dan sayur dengan kuah kental berwarna jingga, mirip kuah lontong sayur di jakarta, hanya rasanya yang berbeda.

~~~~~~

Tamu-tamu mulai berdatangan, hari itu hari bahagia. Ayah dan Mama-ku akan berangkat sempurnakan rukun islam ke 5: Haji!.
Beberapa tetangga dan keluarga datang ke rumah kami dengan tujuan mengantar Ayah dan Mama berangkat. Pukul 07.30, Pak RT memimpin bacaan do'a selamat, mengiring keberangkatan Ayah dan Mama meninggalkan rumah. Mereka hanya mengantar sampai sana, kaami dan beberapa keluarga lain turut serta mengantar hingga Asrama Haji Pontianak.

~~~~~~

Jalanan begitu macet di depannya, membludaknya pengantar haji dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Ribuan orang berkumpul, riuh rendah antrian kendaraan ditambah suara-suara dari speaker menambah semarak suasana.
Suka dan air mata berkumpul di sana, semua atas nama bahagia. Bahagia atas panggilan Allah untuk sempurnakan agama. Bahagia atas munajat sepanjang malam yang akhirnya terjawab. Bahagia atas kebahagiaan sesama.

~~~~~~

Ia duduk di sana, posisi paling tengah di antara kumpulannya. Dikelilingi sanak saudara, anak-anak yang 5 beserta menantunya, dan ramai cucu-cucunya turut serta. Usianya memang tak lagi muda, tapi semangatnya sudah beberapa bulan ini sungguh menggelora. Semenjak pengumuman keberangkatannya musim haji ini penyakit insomnianya mendadak hilang, hingga kuat beraktivitas normal, meski jalan sudah tertatih. Tapi saat ini ia duduk di kursi roda, lebih baik agar tak terhimpit ketika berdesakan nanti.
Panggilan untuk masuk asrama telah berkumandang, Ayahku mendorong kursi rodanya, sebelum digantikan om-ku. Ya, ia adalah Uan ku, Mamak dari Ayahku. Mereka berangkat bertiga: Ayah, Mama, & Uan.

~~~~~~

Bahagia.
Berkah.
Bangga.
Sempurna.
(foto Ayah baru sampai di Mekkah)

Mungkin itu yang Ayah rasakan. Membawa dan berangkat bersama dua bidadarinya: Ibu dan Istrinya, menyempurnakan rukun islam terakhir, bersama. Sebenarnya juga Datok (Ayahnya Ayah) pun dijadwalkan berangkat tahun ini. Tetapi Allah lebih ingin Datok bertemu langsung denganNYA di alam yang berbeda.
Hari mungkin jadi salah satu waktu paling sempurna. Selain sempurnanya bahagia ketika ia menikah dan ketika kelahiran kami yang empat. Adakah yang bisa menggantikan kebahagiaan seorang lelaki muslim saat itu?

~~~~~~

Kami hanya dapat berdo'a setiap, untuk mereka agar dipermudah menjalankan perintah Islam ke-lima.
Lambaian tangan serta munajat harap mereka kembali sehat-selamat-walafiat serta mabrur terlintas dalam di hati kami saat melepas.
Ah, aku pun ingin ikut sebenarnya. Hanya belum pantas. Merekalah yang terpilih, diundang langsung oleh Sang Pencipta ke rumah-Nya yang suci.

~~~~~~

Nuha,

Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Artikel keren lainnya:

Alhamdulillah #1 : Sampah

Bismillahirahmanirahim.

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Komplek rumah ayah yang terletak di antara dua jalan besar plus jalan komplek yang sudah dibeton warga plus lapis semen membuat jalanan komplek menjadi tempat lalu lalang banyak orang. Meski sekarang jalan yang dimanfaatkan sebagai jalan pintas tersebut sudah agak sepi semenjak dibuat polisi-polisi tidur. Alhamdulillah sebab anak-anak tak lagi terlalu khawatir tertabrak mereka yang melintas.

Di depan sebelah kiri gerbang komplek rumah Ayah, tepat di pinggir jalan, terdapat sebuah Tempat Penampungan Sampah Sementara (sebut saja TPSS). TPSS itu menjadi destinasi sampah rumah tangga untuk warga radius hampir 1 KM. Tak ayal bahkan sebelum dibuat, TPSS itu sudah mengundang banyak kontroversi. Bagaimana tidak, kebersihan komplek kami menjadi "taruhannya". Banya warga yang menolak dengan alasan membuat kumuh suasana komplek, meski jarak dari TPSS ke rumah warga terdekat lumayan jauh, sekitar 100 meter. Tetap banyak warga takut TPSS menjadi sumber penyakit.

-------------------------------------

Malam-malam. Hampir setiap malam ia menyusuri komplek rumah kami. Dari rumahnya yang berada di belakang komplek rumah Ayah menuju TPSS di depan komplek. Kereta tuanya dikayuh, dengan keranjang barang bekas di kiri dan kanan yang diikatkan di jok penumpang. Penampilannya tak terlihat jelas, tentu karena ia hanya terlihat ketika malam saja, hingga yang tampak hanya samar saja meski dari dekat. Wajah nya ku taksir berumur diatas 50 tahun, berwarna coklat gelap yang semakin gelap bersama gelapnya malam, dengan banyak guratan khas, bekas memikirkan penghidupan hari-hari untuk anak dan istrinya di rumah. Ekspresinya datar, tak berpaling ke sekeliling.

Satu hal yang khas, adalah Helm kerupuk yang ia lapisi dengan kantong plastik warna putih. Selalu warna putih, entah kenapa. Jika dari kejauhan terlihat samar putih-putih melayang setinggi 2 meter, kemungkinan besar itu dia yang sedang berangkat kerja. Jam kerjanya malam, karena jadwal bak sampah akan diangkut truk Dinas Kebersihan menuju Tempat Pembuangan Akhir tepat pukul 6 pagi. Akibatnya sang bapak helem putih sering "kejar target". Sering ia terlihat sejak pukul 8 malam, sering juga hingga pukul 1 dini hari. Disana pun ia harus tetap bersaing dengan sesamanya membolak balik sesuatu yang kita sebut sampah, tetapi mereka terlihat seperti mencari bongkahan emas.

Senjata andalannya, adalah besi pengait panjang berbetuk seperti kail pancing yagn digunakan untuk membolak-balik sumber rezeki. Tak lupa pula senter untuk penerangan saat dinas malam seperti ini tentu saja sangat berguna menarget buruan.

Yang kita syukuri dan kagumi, sang Bapak Helm Putih dan para koleganya masih mau mencari rezeki walau dari tempat yang bahkan  banyak orang jijik mendekatinya. Berapalah rupiahkah pun tak sempat tertanyakan, yang jelas Insya Allah semuanya halal dan thoyib. Lebih berbangga dari beberapa lain yang hanya tengadah tangan harap bantuan, atau yang bahkan memilih menjadi residivis kambuhan. Padahal Allah kirimkan rezeki dari mana saja asal kita mau menjemputnya.

Alhamdulillah, bahkan sesuatu yang berasal dari sampah mampu Allah takdirkan menjadi lahan rezeki untuk sebagian manusia. Semoga warga komplek kami kebagian pahala sebab mengikhlaskan depan komplek mereka menjadi tempat mengais rezeki.

"Bahwa sampah pun bukan tak berguna, tetapi hanya beberapa yang mampu lihat gemerlap karunia di dalamnya."

-------------------------------------

Sebenarnya pun, banyak warga komplek yang tertolong dengan adanya TPSS itu. Sebab penerangan jalan utama dan gerbang komplek kurang memadai, maka jika tak ada TPSS itu tentu akan terlalu sering orang yang tersesat mencari rumah kami.

"Komplek rumahmu dimananya dha?"
"Dari simpang Sepakat belok kiri 1 KM, kompleknya setelah Masjid Ath-Thayibah, yang didepannya ada Bak Sampah!"

Alhamdulillah.

Nuha,

Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Artikel keren lainnya:

Maha Romantis

Romantis itu,
Bukankah yang selalu ada saat lain tiada?
Bukankah yang mampu tegarkan jiwa?
Bukankah yang kirim ribuan kalimat cinta?
Bukankah yang hadiahkan indah tanpa pinta?
Bukankah yang penuhi harap dalam pinta?
Bukankah yang selalu ingin bermesra berdua saja?
Bukankah yang susun alur cerita akhir bahagia?
Bukankah yang ubah derita jadi gembira?
Bukankah yang bersama selalu bisa?
Bukankah yang terima walau tak balas sempurna?
Bukankah yang bangkitkan rasa tanpa pandang rupa?
Bukankah yang mengerti tanpa harus berkata?
Bukankah yang beri senyum damai jiwa?
Bukankah yang rencanakan kebaikan?
Bukankah yang selalu kasih meski bertepuk sebelah tangan?
Bukankah yang tetap memberi meski tak disyukuri?
Bukankah yang buat hari lebih berarti?
Bukankah yang sedia peluk hangat bila dingin hati?
Bukankah yang penuh kejutan?
Bukankah yang senyumi keluhan paling menjijikkan?
Bukankah yang maafkan kesalahan, kecuali diduakan?

Satu lagi tanya,
Nikmat mana lagi yang kamu dustakan?

Nuha,
Kunjungi juga pendopo puisi saya : ASY-SYA'IR

Artikel keren lainnya:

BAIK

BAIK itu...
Apakah tak pernah salah.? | Atau mampu bangkit dari kesalahan?
Apakah masa lalu terjaga? | Atau memperbaiki masa lalu?
Apakah ahli ilmu? | Atau penuntut ilmu?
Apakah terjaga? | Atau memperbaiki penjagaan?
Apakah ahli pahala? | Atau pendosa taubat?
Apakah para perindu surga? | Atau mantan pemburu neraka?
Apakah menangis meminta lalu diijabah? | Atau terurai air mata insyafi dosa?
Apakah yang terpercaya? | Atau belajar mempercayai?
Apakah sedari awal dekat dengan Tuhannya? | Atau tengah berusaha mendekati Tuhannya?

Hanya satu atau dua
Apakah satu itu baik | Atau dua sama baik?
Apakah satu sempurna | Atau dua tak ada bedanya?

Tentu saja,
Lelaki baik untuk wanita baik
Wanita baik untuk lelaki baik
Entah mana satu atau dua

Satu dengan satu?
Satu dengan dua?
Dua dengan dua?
Dua dengan satu?

Nuha,
Kunjungi juga pendopo puisi saya : ASY-SYA'IR

Artikel keren lainnya:

Intan

Seperti Intan...
yang mengindah bersama zaman
yang dalam gelap sembunyikan cantiknya
yang hadapai keras tekanan dengan keanggunan

Seperti Intan...
yang keras masa hasilkan yang kuatnya
yang baja pun tak mampu kalahkannya
yang hanya intan dapat asah intan

Seperti Intan..
yang pantulan pijarnya gelorakan zaman
yang biasan pendarnya jadi spektrum indah mewarna
yang terima satu lalu berbagi tujuh warni cahaya

Seperti Intan...

Nuha,
Kunjungi juga pendopo puisi saya : ASY-SYA'IR

Artikel keren lainnya:

Luna

Ia adalah bulan
Keindahan yang tercipta untuk malam
Ia tak hilang kala siang
Korbankan indahnya untuk berpendarnya mentari

Ia adalah bulan
Pencahaya saat gelap tak berkawan
Sesekali tak nampakkan diri
Agar bintang-bintang kecil kasat mata

Ia adalah bulan
Berbagi kala pada hitamnya
Sebentar saja sempurnanya
Lalu perlahan mengalah pada masa

Ia ibuku
Korbankan indahnya untuk berpendarnya kami
Agar kami yang tak kasat mata terlihat
Agar penerusnya gantikan masa jayanya

Nuha,
Kunjungi juga kumpulan puisi saya : ASY-SYA'IR

Artikel keren lainnya:

Untuk dia di sana.

Untuk dia di sana, yang belum pun kita bersua.
Ah, mungkin kita sebetulnya sudah pernah jumpa
Mungkin sebenarnya sering kita atau beberapa kali tatap mata
Mungin juga sua kita hanya sekali, bahkan hanya sekelebat saja.
Paling tidak sepertinya kita sering jumpa dalam do'a

Bukanlah salahmu jika kita belum dipersatukan
Mungkin hanya imanku yang belum setara
Akulah yang harus berbenah-bertumbuh hingga kita dipersatukan
Meski banyak yang harus ku perbaiki aku kan berusaha
Paling tidak maafkan aku yang pendosa

Jangan bersedih jika do'amu belum dikabulkan
Percayalah, Ia tengah mempersiapkanku
Do'a agar Maha Pemberi mengaruniakan setengah agamamu
Percayalah, sang pendosa tengah berbenah sekuat tenaga
Paling tidak ku mohon sedikit lagi, bersabarlah menungguku

Untuk dia di sana, tulang rusuk yang terpisah dari dada
Padamu yang aku tak tahu siapa
Tak bisa ku terka sosokmu dalam jiwa dan raga
Ku berharap kau lah sebaik bidadari surga
Atau paling tidak izinkan aku mengantarmu hingga pintu surga.

Nuha,
Kunjungi juga kumpulan puisi saya : ASY-SYA'IR

Artikel keren lainnya:

Cupang

Bismillahirahmanirahim.

Sore-sore kemarin angin semakin berhembus semakin kencang. Langit yang tadinya biru pun sekarang sudah jadi abu-abu. Sementara burung-burung yang sedari siang mencari makan berterbangan mulai kembali ke sarangnya. Adalah dedaunan coklat yang gugur lalu tertiup angin yang semakin kencang. Menyisakan buah-buah jambu air yang menggantung dan tampak ranum tetapi tak manis karena terlalu banyak kandungan air. Jambu-jambu itu lebih enak dibuat manisan daripada dimakan langsung.

Hari-hari seperti ini, awalan musim hujan, sungguh sulit mencari makan untuk anak-anak cupang yang baru berumur 1 minggu. Makanannya adalah kutu air, spesifiknya anak kutu air. Teman ku pernah bilang: ambil ember, isi pakai air hujan, lalu isi daun pisang, nanti akan tumbuh kutu air.  Dan semua ku lakukan. 1 hari, 2 hari, 3 hari. tak ada titik-titik kecil di air tanda kehadiran sang kutu. Ah, aku sudah hampir mengikhlaskan anak-anak cupang itu mati sebelum dewasa.

Sekitar 2 minggu lalu, iseng-iseng ingin nostalgia masa kecil, aku bersama temanku, berdua saja, turun ke tanah kosong di samping dan depan rumahnya. Misi kami hari itu: Nanggok Selomang (Mencari Ikan Cupang). Selomang adalah sebutan bagi ikan cupang di daerah kami, Pontianak.
Ketika mentari sepeninggian buluh, aku dan dia mulai turun. Berbekal keranjang untuk mencuci sayur, kami mulai menelusuri parit-parit kecil di sekitar situ, terus hingga semak-semak kami obrak-abrik tanpa belas kasihan.
Sebelum adzan zuhur kami berhenti, tak mampu melawan terik matahari yang hari itu sedang ceria. Ditambah fisik kami yang belakangan jarang olahraga plus sering begadang. Hasil hari itu 4 ekor cupang alam ABG. Alhamdulillah.

Sejujurnya kami kurang puas, karena jauh panggang dari api dari hasil yang diharapkan. Kami berharap dapat cupang dewasa dan banyak jumlahnya. Untuk melampiaskannya kami berdua pergi ke pasar membeli cupang. Akhirnya, haha..

Sepasang Cupang dewasa berwarna putih kami beli, niatnya untuk dikawinkan, mungkin saja nantinya akan beranak-pinak dan bisa dijual.
Sepasang cupang itu kami tempatkan di baskom spesial, sementara 4 ekor cupang ABG ditempatkan bersamaan dalam satu ember plastik yang sudah pecah setengah. Mereka kami anak tirikan.

Katanya, cupang kawin akan membuat busa dan memakan waktu 1-2 hari plus waktu PDKT 1 hari, nah pada saat PDKT ini lah sang cupang jantan yang tertarik pada cupang betina akan membuat busa untuk menyimpan telur-telurnya.

Esoknya kami lihat lagi, tak ada tanda-tanda busa. Hari ke 2 tetap saja tak ada perubahan. Mungkin mereka tak berjodoh. Kesimpulan ku saat itu: Cupang tak mau kawin dengan pasangan yang bukan pilihannya. Tak jodoh pun jika dipaksakan tak akan bisa. Aiih. Cupang juga manusia. *eh

Tak disangka tak dinyana, iseng-iseng melihat ke dalam ember hitam tua tempat meletakkan cupang-cupang alam yang bahkan selama ini tak kami perhatikan: banyak busa! telah terjadi perkawinan "terlarang" disana! Cupang-cupang ABG itu yang malah sudah duluan kawin. Ah, jodoh memang tak ternah terduga, ia bisa hinggap di tempat yang paling hina sekalipun. Sang cupang muda sudah menemukan tulang-rusuknya. Meskipun ini dalam skala cupang.

Jadilah ember hitam tua setengah pecah itu yang sekarang kami sayang. Tempat anak-anak cupang kami yang pertama menetas, lalu berkeliaran. Lazimnya anak-anak yang masih nakal, begitu menetas mereka menyebark ke pelosok ember. Membuat sang ayah kerepotan berburu anak-anaknya yang belum terlalu pandai berenang. Awalnya pun aku kira sang ayah memakan anaknya. Ternyata hanya dikulum untuk dikembalikan lagi ke busa-busa yang jadi pelampung buat mereka belajar berenang.

Aku pun tertular kasih sayang itu, aku merasa memiliki mereka, tambahlah lagi 1 aktivitasku: memberi makan cupang. Mereka tak akan aku sia-siakan. Ah.
Jadi kamu tenang saja, pada cupang pun aku bertanggung jawab, apalah lagi pada mu dan anak-anakku nanti? Aihmaaak. haha..

Ada satu yang menarik, setiap di senter ke ember atau di beri makan, sang induk terlihat bergerak kesana-kemari, bukan panik, tapi lebih seperti awas dan sigap dengan keadaan yang mengancam. Sungguh ganteng sang ayah cupang ini. Macho!

Ada lagi yang menarik. Sekarang sudah 10 hari umur anak-anaknya. Air di ember tak pernah kami ganti agar anak-anaknya tak terbuang. Tentu kualitas air menurun.
Sang ayah membuat busa-busa lagi! bukan untuk kawin, tapi mengumpulkan kotoran-kotoran di permukaan air, sang ayahnya yang membersihkan air, agar anak-anaknya tetap sehat!

Kasih sayang cupang yang mengharukan. Oke, lebay.

Masih ingat tempat kutu air yang gagal tadi..? ternyata dari sana banyak tumbuh jentik-jentik, makanan cupang juga. Memang rezeki gak kemana. Rezeki cupang pun sudah ditentukan.

Tetapi paling tidak aku belajar dari balada cupang dan ember tua tentang jodoh, tentang kasih sayang orang tua, tentang tanggung jawab memiliki, tentang kepastian rezeki. Dari makhluk yang tak lebih besar dari jari kelingking-ku. *usapairmata

 Semoga Bermanfaat.

Artikel keren lainnya:

Calon Deskriptif

Berdetak jam dinding menatap anai-anai yang berseliweran di dekat lampu kamar ukuran 3x2 meter itu. Jarum panjangnya ada di angka 7 dan jarum pendeknya berusaha mendekati angka 4. Sementara gelap gulita di luar kamar tak mampu menahan sinaran bulan yang entah mengapa malam itu cerah padahal seminggu berturut-turut ini ibukota selalu diguyur hujan. Layar laptop yang hampir tak pernah di-shutdown-kan sedang menampilkan jeda babak pertama streaming pertandingan sepak bola Liga Champions Eropa antara AC Milan versus Real Madrid, sementara Real Madrid unggul 1-0 melalui gol Higuain meneruskan umpan Di Maria.

"Sudah hampir jam 4 subuh, kok belum ngantuk ya...?" tanya ku pada diriku sendiri "Hmm... mungkin ini gara-gara tidur siang kelamaan" pikirku lagi.

Sementara jeda pertandingan, kembali buku berwarna hijau toska-putih bergambarkan seorang lelaki sedang menggulung celanaya sebatas betis, sepertinya orang itu hendak berwudlu, di muka buku terpampang jelas judul berwarna biru metalik, bunyinya "Saksikanlah Bahwa Aku Seorang Muslim" karangan Salim A. Fillah. Memang, belakangan ini, hobi lamaku sedang kambuh lagi. Membaca buku. Sejak kecil aku memang senang membaca buku. Sekedar komik, atau buku-buku berbobot yang bukan buku pelajaran, tapi favoritku adalah buku tentang science, aneh memang karena aku seorang mahasiswa jurusan manajemen.
Membaca memang hobiku sejak kecil, maka buku adalah sahabatku. Sekedar menunggu, mengisi kekosongan, atau teman pembuai tidur.

"Ibrahimovic...! Ibrahimovic...! Shoot..! O... Inzaghi rebound..! Gooooooaaaallllll...!"
Bacaanku berhenti seketika. Aku tak sadar, pertandingan sudah dimulai kembali, bahkan sudah menit ke 68.
Aku sedikit menyesal tak melihat gol balasan Milan. Melalui replay, barulah aku tahu, bagaimana terjadinya gol. Ibrahimovic yang berhasil lolos dari penjagaan bek lawan membawa bola mendekati sisi sebelah kiri gawang Real Madrid yang dikawal sang kapten, Iker Cassilas, Ibrahimovic menendang bola ke arah gawang lawan, entah hendak menembak langsung atau membagi bola, yang jelas tendangan itu disambut dengan terpaan sang kiper, sayang bola lepas, dan Inzaghi, penyerang veteran Milan, yang masuk menggantikan  Ronaldinho sekonyong-konyong sudah ada di depan gawang, mudah saja menceploskan bola dengan headingnya. 1-1.

 Kembali aku mengambil buku, meneruskan bab "Budaya". bab tentang metode menanamkan da'wah melalui metode budaya. Dimana da'wah ditanamkan sejak dini dan berlangsung lama (long-run). Begitu kira-kira, salah atau benar bacaanku sudah mulai tak jelas karena sayu-sayu mata ini sudah semakin berkurang daya hantar listriknya. Semula 30 watt, sekarang tinggal 10 watt. dan semakin berkurang. Tapi tetap tak bisa tidur.

Mataku sedikit melirik ke arah laptop. Dan, Inzaghi lagi-lagi berulah. Meneruskan umpan Genarro Gattuso, kapten baru Milan setelah Paolo Maldini pensiun 2 tahun lalu, Inzaghi lolos dari jebakan offside dan tinggal berhadapan dengan Casillas one-on-one. Dengan sedikit menjatuhkan diri, dan tubuh kurusnya bertabrakan dengan Simone Pepe, center-back Madrid, Super Pipo, julukan Fillipo Inzaghi berhasil melepaskan bola, bola berjalan pelan menggelinding ke gawang. 2-1 untuk  AC Milan. Tak salah menjuluki Inzaghi "Si Raja Offside" karena dalam tayangan ulang, goal yang satu ini jelas-jelas offside. Bagaimanapun, Inzaghi berhasil mencatatkan rekor 70 kali merobek gawang lawan di liga kasta tertinggi raja-raja sepakbola Eropa ini.

Artikel keren lainnya: