"Sesungguhnya telah ada bagimu pada diri Rasulullah itu Uswatun Hasanah (teladan yang baik), yaitu bagi orang yang mengharap (pertemuan dengan) Allah, dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut (nama) Allah"
- Al-Ahzab : 21
Surah ini mengawali hikmah mempelajari Sirah Nabawiyah, yang dibawakan Ust. Salim A Fillah. bahwa dengan mengenal Nabi SAW kita dapat mencontoh perilaku teladan Nabi Muhammad SAW.
Hingga bertambah-tambah saja kecintaan pada Rasul-Nya.
Turunnya Al-Ahzab ayat 21 adalah pada masa-masa perang Khandaq.
Diriwayatkan, kala itu ummat muslim yang berada di madinah tengah berada dalam situasi sulit, dimana mereka akan dikepung oleh pasukan gabungan kaum kafir seluruh Arab.
Singkat cerita atas saran Salman Al-Farisi dibuatlah Khandaq (bahasa persia : parit), di bagian paling terbuka kota Madinah, sebelah utara. Parit selebar 'tak dapat dilompati kuda' dan sedalam 'kuda yang masuk tidak bisa keluar' sepanjang beberapa kilometer digali oleh sekitar 3000 penduduk Madinah.
Bukan sembarang menggali, saat itu situasi extrim: panas, persediaan pangan menipis, waktu yang sempit, kelaparan yang menjadi. Banyak sahabat yang menahan lapar, hingga yang sudah tak kuat mengikatkan sebongkah batu ke perut untuk mengganjal gejolak lapar. Ah, tak dapat terbayang kan kondisi mereka saat itu, kehadiran Sang Nabi di sisi lah yang mungkin menenangkan mereka. Ya, panglima perang, sekaligus pemimpin mereka ikut turun menggali parit, Uswatun Hasanah Nabi SAW.
Hingga penggalian terhenti pada sebongkah batu besar yang sangat keras, tak mampu dipecahkan oleh para sahabat yang telah mencoba. Hingga Nabi Muhammad SAW pun turun tangan.
Sendiri, diangkatnya palu diarahkan pada batu besar itu, saat itu terangkatlah baju Beliau SAW, para sahabat tercekat: dua buah batu terikat di perut Sang Nabi! Artinya Sang Nabi-lah yang saat itu paling lapar di antara mereka!
Ah, Uswatun Hasanah Sang Nabi.
Hingga dipukulkan palu kepada batu sambil berkata:
“Allahu Akbar! Kunci Syam telah diberikan padaku. Demi Allah aku tengah melihat istana-istananya yang berwarna kemerahan”. Hingga muncul percikan api!
Kedua, “Allahu Akbar! Kunci-kunci Persia telah diberikan kepadaku. Demi Allah aku tengah melihat istana-istana kota berwarna putih” Juga timbul percikan api lebih besar.
Sekali lagi, “Allahu Akbar! Kunci-kunci Yaman telah diberikan pula kepadaku. Demi Allah kini aku tengah melihat pintu-pintu kota Shan’a dari tempatku ini!”
Sekejap batu besar jadi berkeping kerikil.
Visionernya Sang Nabi, Uswatun Hasanah.
Jabir bin 'Abdullah yang tak kuasa melihat kondisi Sang Rasul SAW yang ternyata paling kelaparan meminta izin pulang ke rumah dan menemui istrinya.
"Istriku, apakan yang kita punya untuk menjamu Nabi Allah?"
"Hanya segenggam gandum dan seekor anak kambing"
"Maka masak-lah gandum itu menjadi roti" Sementara Jabir menyembelih anak kambing untuk teman roti.
Selesai mempersiapkan, bergegaslah Jabir menemui kesayangannya,
"Ya Rasulallah, aku ada sedikit makanan, marilah ke rumahku"
Maka kata Nabi kepada sahabat-sahabat yang tengah bekerja, "Sahabatku, beristirahatlah! Jabir bin 'Abdullah mengundang kita untuk makan di rumahnya!"
Jabir pucat pasi! makanan yang ia sediakan hanya untuk beberapa orang!
Setiba di rumah Jabir, Nabi menyuruh Jabir dan istrinya duduk dan memperhatikan. Sementara sahabat-sahabat yang lain disuruh mengantri bergiliran masuk untuk Nabi SAW ambilkan roti dan lauk dari bejana.
YA! Beliau SAW mengambilkan satu-persatu untuk para sahabatnya, menjadi pelayan untuk pengikutnya, satu-persatu hingga 3000 orang selesai, barulah beliau mengambilkan untuk tuan rumah: Jabir dan Istrinya, terakhir baru Beliau SAW ambil dan makan untuk Beliau SAW sendiri. Dan saat semua telah selesai, Jabir memeriksa isi bejana: tak berkurang sedikitpun! *bulu kuduk saya merinding mendengarnya
Dahulu kita mengagumi mukjizat Nabi Muhammad SAW ini. sekarang ini mari kita takjubi keindahan akhlak RasulNya.
Tahu kan siapa yang saat itu paling lapar? Tapi terakhir makan?
Tahu kan semua juga bekerja sama beratnya dalam terik?
Tahu kan siapa yang pemimpin? Siapa yang melayani?
Tahu kan siapa yang setelah bekerja tetap melayani pengikutnya SATU-PERSATU hingga tigaribu?
Jika kita, apakah mampu?
Allahumma Shali'ala Muhammad!
Beliau tetap tunjukkan akhlaknya saat tersulit sekalipun. Maka pantaslah label Uswatun Hasanah melekat pada Beliau SAW.
Jika label itu diberikan pada saat mudah, tentu akan banyak penyangkalan. Bila kita saat mudah, bisa saja akting, atau pencitraan, saat mudah pikiran pun lebih tenang dalam bersikap dan bertindak.
Saat sulit? kendalikan emosi saja susahnya minta ampun, tapi Beliau SAW tujukkan teladan abadi, kepemimpinan dan pelayanan serta terpenting Akhlak, disaat paling sulit sekalipun.
Maka,
""Sesungguhnya telah ada bagimu pada diri Rasulullah itu Uswatun Hasanah (teladan yang baik)......"
Allahumma Shali'ala Muhammad!
Bertambah saja kecintaan pada Rasul-Nya Muhammad Salallahu'alaihi Wassalam.
Padahal hanya sepenggal saja kisah hidupnya, penuh hikmah dan ketakjuban.
Dahulu kita mengagumi mukjizat para Nabi. sekarang ini mari kita takjubi keindahan akhlak RasulNya.
Secuil hikmah disari dari Kajian Bulanan Majelis Jejak Nabi Pontianak Perdana, Masjid Mujahidin 28 September 2014.
*maafkan atas ketidaksempurnaan catatan dan ingatan. Semoga Allah Ampuni kesalahan
Hadiri juga Majelis Jejak Nabi Pontianak Spesial Muharram,
Tema: KEAJAIBAN HIJRAH MENUJU ALLAH
Insya Allah dilaksanakan pada AHAD, 26 OKTOBER 2014 di MASJID MUJAHIDIN PONTIANAK
Mulai BA'DA ZUHUR
2 PEMBICARA SEKALIGUS:
USTADZ M. FAUZIL ADHIM - bahasan JEJAK IMAN DALAM HIJRAH
USTADZ SALIM A. FILLAH - bahasan SIRAH NABAWIYAH
Nuha,