Beranda · Belajar · Kontak · Privacy Policy

PENDOSA TAUBAT

"Rabbana Zalamna Anfusana Wa Inlamtaghfirlana Watarhamna, Lanakunannaminal Khasirin; Rabbku, kami telah aniyaya pada diri kami sendiri, jika bukan karena Ampunan dan Rahmat-MU, maka sungguh kami termasuk orang-orang merugi" panjat Adam A.S dalam kepasrahan perjalanan tak tahu kemana, bakda telan khuldi bujukan Iblis Laknatullah.

"Lailahailaanta, subhanaka, inni kuntuminazzolimin; Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim" sesal Yunus AS dalam perut Ikan yang ditelan ikan dalam laut dalam, kegelapan berlapis-lapis bakda mengasingkan diri dari tugas dakwah yang begitu berat.

"Rabbi, inni lima anzalta ilayyaa min khairin faqir, Rabbku atas apa Kebaikan yang Engkau Turunkan, aku benar-benar membutuhkan" Harap Musa A.S, dibawah teduh pohon usai pelarian panjang sebab krimimalnya pembunuhan tak sengaja yang dilakunya.

~~~~~

Lalu Allah jawab do'a mereka dengan ke-tak-dapat-terduga-an:

Adam AS Dijumpakan dengan Hawa tulang rusuk yang terpisah jarak entah berapa jauhnya padahal begitu luas muka bumi.

Yunus AS dikeluarkan dalam raga lemah dari perut ikan di tepi pantai yang tertumbuh buahan labu siap makan, semua penduduk dahulu ingkar kini jadi pengikutnya.

Musa AS dipertemukan dengan sang Guru Syu'aib AS Nabi penduduk Madyan, peroleh istri sholehah anak sang Guru, tentu tempat tinggal, pekerjaan apatah lagi makanan.

~~~~~

Perhatikan do'a-do'a mereka, tak ada satupun yang meminta sesuatu yang dibutuhnya sembari memberi-tahu Rabb-nya akan kebutuhannya, atau 'memerintah' Rabb-nya memenuhi kebutuhannya.
Pendosa Taubat yang tak pernah berputus asa dari Rahmat dan Ampunan Rabb-nya peroleh balasan berlimpah dari-Nya.

Sepertinya diri ini lebih tak patut meminta-minta hingga memberi tahu sampai menyuruh-nyuruh Rabb-nya yang Maha Tahu.
Sepertinya diri ini lebih patut bertaubat sembari mengumandangkan do'a-do'a pendosa taubat yang jelas-jelas tercontoh ribuan tahun tembus hingga ke Arsy-Nya Allah Maha Pengampun.

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Az-Zumar 39:53)

Wallahu'alam.

Artikel keren lainnya:

BUKU


Ratusan bulan lalu, sejak belum dapat membaca, buku adalah teman setia. Mungkin faktor ayah-mama yang guru berpengaruh sangat besar di minat itu. Terlebih, dahulu pun Ayah punya kios penyewaan buku di depan rumah lama, di Kota Singkawang. Isinya berbagai macam buku, mulai komik hingga ilmiah, mulai fiksi hingga fakta.

Sekira kelas 1 SD caturwulan kedua kami sekeluarga pindah, kios penyewaan buku telah bertahun-tahun sebelumnya ditutup, sebab tak terurus Ayah & Mama yang mengajar. Pontianak adalah destinasi selanjutnya, sebab orang tua pindah dinas ke ibukota provinsi. Dan saat itu saya belumlah pandai membaca. Baru lah satu cawu kemudian anak itu mengerti apa yang ia baca selama ini, sebab itu hampir-hampir saja ia tak naik kelas, peringkat terakhir boleh lah, naik ditendang.

Sejak dapat membaca, buku pun semakin jadi kesayangan, menggila. Apa saja. Apa saja dibaca, koran, majalah, komik, buku, apa saja. Bila stok baca habis, maka apa yang sudah dibaca tak masalah dibaca ulang. Hingga jadi anak rumahan sebab buku, entah mengerti atau tidak, yang penting bisa baca.

Dahulu, kesenangan buku bergenre komik beralih ke kekaguman akan astronomi, bintang gemintang yang memukau khayal anak usia tanggung. Ratusan buku bertema itu habis terlahap mata, mula dari yang isinya banyak gambar, hingga yang banyak tulisan.

Sesalnya, semenjak Sekolah Menengah Atas, waktu dunia baru 'terbuka', buku sejenak terpinggirkan. Sepok gaul.

Ah, buku memang seperti sahabat, tak pernah marah ketika tak diperhatikan, selalu menerima kapanpun kita kembali.

Masa kuliah adalah puber ke dua terhadap buku. Kali ini dengan ketertarikan berbeda. Ada dua. Pengembagan diri (motivasi) dan keagamaan. Ketertarikan akan keduanya akibatkan korban, perut adalah korbannya. Kala itu di Jakarta begitu banyak 'surga' hampir setiap Mall ada, terlebih Gr*media Matraman, toko buku terbesar di Ibukota. Terlebih juga setiap tahun ada Islamic Book Fair di Senayan, cocok: surga!.
Lapar mata lebih sering melanda daripada lapar perut.
Ah, berhenti sampai disana cerita saya. Allah ilhamkan saya ide!

Kita mungkin iri dengan para da'i yang pandai berbicara, menyebarkan ilmunya hingga jadi jariyah bagi pendengarnya.
Untuk kita pecinta buku, yang tak terkarunia kekuatan pada lisan, kita pun bisa dapat jariyah yang sama, mungkin bahkan lebih.
Buku anda, daripada teranggur dalam rak-rak atau kotak baca, daripada ilmunya terpendam di otak anda sendiri saja, baiknya diberikan (bila tak rela mungkin dipinjamkan saja) kepada mereka yang berpotensi menyebarluaskan ilmunya. Di sini insya Allah ada satu pahala, berbagi ilmu.
Heeeey, tak sampai di situ. Bila sang da'i menyampaikannya pada jamaahnya yang ramai, walau satu kata saja asal manfaat, makin berantai lah pahala yang mungkin kita terima. Begitu seterusnya, jariyah insya Allah sepanjang masa.

Artikel keren lainnya:

AURAT (lelaki)

Belakangan sangat galak seruan kepada kaum perempuan untuk berhijab, hijab syar'i terutama. Ramai-ramai menyerukan perintah Allah dalam Surah An-Nuur : 31 kepada para wanita untuk menutup auratnya. Seruan-seruan ini lelaki maupun perempuan yang menyerukan, sangat masif, sangat positif. Sebab perintah Allah pastilah baik, melanggarnya pastilah buruk, baik saat melakukan maupun akibatnya, tiada kompromi.

Ironisnya, bersamaan dengan itu, para penyeru yang sebagiannya adalah lelaki lebih sering lupa: mereka pun punya aurat.

Memang, lelaki adalah makhluk visual maka itu secara natural lelaki lebih mudah 'ditaklukkan' dengan apa yang ia lihat, pengaruh mata lebih kuat terhadap lelaki, sebab itu wanita diperintahkan menutup auratnya, agar natural lelaki tak mudah tergoda.
Dan disisi lain, wanita adalah makhluk audio, maka itu wanita lebih mudah 'dikalahkan' dengan suara (ucapan, kata-kata, musik, dll) yang ia dengar, pengaruh telinga lebih kuat terhadap wanita, sebab itu aurat lelaki tak banyak, pendapat sebagian besar ulama: antara lutut dan pusar. Tetapi 'sedikit' pun aurat itu bukan berarti tak ada. Dan pengaruh wanita atas visual pun, meski kecil, bukan berarti tak ada. Ia ada dan harus sangat dijaga. Sebagaimana lelaki-lelaki penyeru itu ingin para wanita menjaga auratnya, juga sebagaimana wanita menjaga auratnya.

Sabda Rasul untuk para lelaki: Apa yang ada di antara pusar dan lutut adalah aurat. (H.R. Al Hakim)

Maka, berhijab syar'i-lah para lelaki, jaga auratmu.




Artikel keren lainnya:

Pengingkaran Nikmat

Seorang anak manusia menangis merengek meminta belas kasihan. Sebuah malam dingin di tengah gurun pasir. Ia berada pada tempat yang tepat. Meletekkan diri pada titik paling rendah keegoisannya.
Kepalanya sejajar dengan ubin, tubuhnya tertungging lurus. Otaknya menerawang pada anak istrinya yang kelaparan. Tak tahu harus berbuat apa. Kala itu, berserah bukan pilihan, adalah sebuah keniscayaan. Keberserah-dirian penuh pada Sang Pencipta.

Pagi buta ia mengahadap utusanNya. Imannya berkata do'a Rasul mujarab. Tak membuang waktu ia bergegas ke kediaman sang Rasul.
"Rasul, aku ingin kaya, aku ingin bahagia, Jika nanti aku kaya, akan ku tunaikan semua kewajibanku"
awalnya Rasul menolak. Apa yang terjadi padanya sekarang adalah yang terbaik dari Sang Maha Tahu menurut Rasul.
Ia memelas dan memohon. Terketuk hati lembut sang Rasul. Rasul berdo'a. Tak lama ia kaya raya. Hingga semua orang yang tertakjub iri padanya“Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.

Waktu berlalu, ia telah melupakan semua janji masa lalunya, utusan Rasul datang menagih apa yang seharusnya ia keluarkan, tak pernah digubrisnya. Ia lupakan janjinya. Logikanya katakan bahwa semua sebab kerja keras dan kesuksesan metodenya yang telah bertahun. “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku” sombongnya.
Keberserah-dirian saat lemah hanya masa lalu, saat ini ia seperti punya pilihan untuk tak berserah. Berlimpah-limpah hartanya serta keberhasilan metode usahanya membuat ia lupa diri. Inilah pelajaran untuk kita, seluruh hartanya dan emas permata ditenggelamkan sekejap dalam bumi. Runtuh bersama segala pengingkaran nikmat Allah-nya.

Setidaknya ia ‘berjasa’, menjadi pelajaran berharga untuk umat di sisa zaman, pelajaran agar tak jadi lebih hina sebab harta. Namanya Qarun sang saudagar mahsyur, yang mengingkari, ummat yang pernah dido’akan Rasul-Nya, Musa AS. Allah abadikan kisahnya dalam surah Al-Qashash nomor ayat 76 sampai 82.


Maka, seperti kita yang perlu bukti, orang-orang yang dahulu tertakjub iri, akhirnya sadar diri:

وَأَصْبَحَ ٱلَّذِينَ تَمَنَّوْا۟ مَكَانَهُۥ بِٱلْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ ٱللَّهَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ ۖ لَوْلَآ أَن مَّنَّ ٱللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا ۖ وَيْكَأَنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلْكَٰفِرُونَ
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)" (QS: Al-Qashash Ayat: 82)

Sejatinya, kita tak perlu dibenamkan dulu untuk paham bahwa berserah bukanlah pilihan.
Tak perlu ditenggelamkan dulu untuk syukuri semua adalah nikmatNya. Tak perlu ditimbun tanah dulu sebelum mengerti bahwa pengingkaran nikmat dan kesombongan akan datangkan kehancuran. Hancur sehancur-hancurnya.

Artikel keren lainnya:

Sombong Sekali

“Emang loe siapa???” mungkin ini benaknya kala itu, ketika ianya laknatullah yang terbuat dari api nan panas disuruh Allah bersujud pada manusia yang ‘hanya’ dari tanah. Sombong, adalah maksiat pertama yang dilakukan makhluk Allah. Namanya Iblis laknatullah dari golongan jin, terusir dari surga selamanya sebab satu kali kesombongannya itu.
Kesombongan mempunyai banyak anak, salah satu anak kesayanganya adalah merendahkan orang lain, persis seperti Iblis laknatullah yang merendahkan manusia. Biasanya merendahkan orang lain selalu bersanding dengan menganggap diri sendiri lebih hebat atau ‘ujub. Padahal ia sendiri tidak sepenuhnya tahu kebaikan pada orang tersebut. Padahal Allah telah Ciptakan pada orang itu kebaikan yang banyak.

كَثِيرًا خَيْرًا فِيهِ اللَّهُ وَيَجْعَلَ شَيْئًا تَكْرَهُوا أَنْ فَعَسَى كَرِهْتُمُوهُنَّ فَإِنْ
……Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (QS: An-Nisaa : 19)
Padalah ukuran kebaikan dari Allah adalah taqwa yang tak ada yang tahu kadarnya kecuali Allah. Padahal mungkin diri nya itulah termasuk golongan yang terusir. Na’uzubillah.
Kitapun terlampau sering merendahkan orang. Seorang yang datang ke masjid hanya sebab pakaiannya yang lusuh, lantas kita anggap sebagai peminta-minta. Padalah mungkin saja orang itu sedang ingin menyumbangkan hasil kebunnya untuk pembangunan masjid. Sedang kita yang berpakaian rapi hanya bisa ‘numpang’ sholat di masjid.
Sadarkah kita bila merendahkan kekurangan orang lain berarti kita tengah merendahkan Allah, sebab secara tak langsung kita tengah menghina Allah yang Maha Sempurna, bahwa tak mampu cipta yang sempurna? Na’uzubillah.

وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْر
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)
 
Kembali ke Iblis laknatullah yang sombong. Padahal hanyalah satu kali ia merendahkan, lalu terusir, lantas tak boleh kembali lagi selamanya ke surga. Sekali lagi, hanya satu kali. Sudah berapa kali kita?

Artikel keren lainnya: