Indonesia. Ada 2
olahraga yang paling termahsyur di negeri ini.
Sepakbola. Tak
ada orang yang tak mengenal olahraga ini. Setiap kota hampir pasti punya stadion
untuk memainkannya, atau di lapangan rumput luas, atau di lapangan kosong apa
saja, hingga di jalanan kosong. Maklum, modalnya sangat-sangat tersedia. Kaki
dan bola sepak. Tak soal berapa jumlah pemain, asal punya pemain genap, ia
dapat dimainkan. Di negeri ini memang, tak soal peraturan, yang penting bisa
senang dan bermain, terutama bagi mereka yang memainkkannya sekedar hobi. Dahulu,
katanya, Indonesia adalah Macan Asia di sepak bola, semua orang kagum pada
negeri ini. Sekarang, macan itu seperti kehilangan giginya. Kisruh kepemimpinan
di tubuh pengelola tertinggi olahraga ini, kesemrawutan liga, serta intervensi
dari pihak lain. Macan itu bukan lagi kehilangan giginya, kukunya juga sudah
lepas satu per satu.
Satu lagi
olahraga yang paling banyak dimainkan di negeri ini, Bulutangkis. Bagi yang tak
tahu bulutangkis, adalah olahraga yang memainkan satu lawan satu atau dua lawan
dua orang pemain yang bertujuan menyebrangkan shuttlecock menggunakan raket, ke
daerah lapangan lawan yang dibatasi oleh net.
Sementara
lupakan tentang sepakbola, di negeri ini, Bulutangkis adalah olahraga paling
merata demografinya. Di sudut-sudut gang-gang Jakarta, anak-anak bermain
badminton walau dengan perlengkapan seadanya. Hingga di sudut lain negeri ini,
di pertambangan sudut paling timur Indonesia misalnya, bapak-bapak tua tetap
menyisihkan waktu sekali seminggu untuk melepas penat, emosi dan hasrat melalui
olahraga ini. Dari mereka yang sekedar hobi, hingga yang menggantungkan
hidupnya pada kelincahan lengan-lengan mengayunkan raket. Ada yang baru jatuh
cinta pada olahraga ini pada usia lanjut, ada mereka yang sudah sejak kecil
menempa diri di bulutangkis. Bulutangkis bukan sekedar olahraga recehan, lebih
lanjut, olahraga ini adalah tradisi negeri ini, menyatu dengan budaya negeri
karena selaras dengan budaya silaturahmi ketimuran Indonesia. Paling kuat
diantara olahraga-olahraga yang lain. Macan Asia? Indonesia adalah Macan Dunia.
Paling tidak sebiji medali emas olimpiade pasti datang dari cabang bulutangkis,
satu-satunya olahraga di Indonesia yang bisa menyumbangkan prestasi segemilang
itu. Hingga apabila kata bulutangkis dikonotasikan dengan Indonesia, mungkin tak ada orang yang protes. Bulutangkis
sudah seperti budaya prestasi Indonesia di mata Dunia. Indonesia pernah menjadi
adidaya dunia perbulutangkisan.
Indonesia pernah
punya arjuna dan srikandi legenda bulutangkis dunia, sebut saja Liem Swie King,
Rudi Hartono, Alan Budi Kusuma, Hendrawan, Hariyanto Arbi, Icuk Sugiarto,
hingga Taufik Hidayat. Di putri kita mengenal Minarni, Verawaty Fazrin, Ivana Lie,
hingga Susi Susanti. Mereka adalah panutan bulutangkis dunia. Nama mereka
harum, terlebih nama Indonesia menjadi semerbak karena prestasinya. Sayangnya
prestasi-prestasi ini sekarang kian meredup seiring perjalanan waktu.
Masih jelas di
ingatan pecinta bulutangkis Indonesia, tak ada satupun pemain Indonesia yang
menjadi juara di event negeri sendiri, Djarum Indonesia Open Super Series
Premier 2011, Indonesia harus puas melihat pejuang-pejuangnya
ditundukkan negara-negara lain. Miris, tapi itulah kenyataan yang harus
diterima, bahwa bulutangkis Indonesia harus semakin keras berjuang
mempertahankan nama baiknya.
Saat ini,
Indonesia masih punya beberapa pemain kelas dunia yang terus berjuang
mempertahankan nama harum Indonesia, belakangan mereka semakin lapuk dimakan
usia. Regenerasi yang ada masih belum mampu menandingi generasi-generasi emas
negeri ini.
Jika ingin lebih
ektrim lagi, bila membandingkan dengan regenerasi pemain dari adidaya
bulutangkis saat ini, China. Kita tak bisa bohong melihat kenyataan bahwa 4
dari 10 peringkat single putra adalah milik China, bandingkan dengan Simon
Santoso yang hanya sendirian di peringkat 9 dunia. Di cabang lain, paling tidak
dua wakilnya menempati 10 besar dunia, dan paling parah, hanya Lee Chong Wei
single putra dari Malaysia satu-satunya pemain selain China yang menempati
peringkat 1 dunia.
Satu hal yang
paling Bulutangkis Indonesia buthkan saat ini adalah regenerasi. Bukan
sembarang regenerasi, tapi regenerasi yang paling tidak, standar iedalnya
adalah menandingi kedigdayaan China saat ini, bahkan lebih baik lagi.
Perkumpulan-Perkumpulan Bulutangkis seperti PB Djarum, PB Jaya Raya, PB
Mutiara, PB SGS PLN serta PB-PB lain memiliki peran besar pada regenerasi ini.
Bisa dibilang mereka adalah ujung tombak perjuangan melanjutkan tradisi juara
Bulutangkis Indonesia. mereka diharapkan mencari dan memupuk bibit-bibit
generasi emas Indonesia kedepannya untuk dapat berprestasi pada level yang
lebih tinggi lagi.
Bukanlah sekedar
regenerasi, tapi perbaikan keseluruhan yang dapat mengahasilkan regenerasi
raja-raja dan ratu-ratu Bulutangkis yang baru dari Indonesia. Mungkin metode
pelatihan yang sudah seharusnya naik tingkat saat ini melihat perkembangan bulu
tangkis negara-negara lain. Mungkin sistem yang harus dibenahi agar pemain yang
benar-benar sangat berkualitas lahir kembali. Mingkin fasilitas lah yang harus
dibenahi menjadi kelas dunia. Mungkin penghargaan terhadap atlet-atlet dan
mantan atlet yang harus diperbaiki agar minat terhadap dunia olahraga terutama
bulutangkis tak berkurang, bahkan terus meningkat. Mungkin lagi, kitalah harus
berkaca pada diri sendiri, pecinta bulutangkis Indonesia, kontribusi apa yang
sudah kita berikan untuk perbaikan dunia perbulutangkisan Indonesia.
Indonesia meridudukan
Raja Smash setelah Liem Swie King, Indonesia merindukan Ratu Bulutangkis
setelah Susi Susanti. Indonesia merindukan Raja Backhand setelah Taufik
Hidayat.
2012, Djarum
Indonesia Open Super Series Premier 2012, Olimpiade London. Diharapkan
arjuna-arjuna dan srikandi-srikandi bulutangkis Indonesia bisa tampil gemilang.
Indonesia
merindukan kejayaan Bulutangkis Indonesia.
Salam Bagi
seluruh pecinta Bulutangkis Indonesia.
Hidup
Bulutangkis Indonesia!!
Ridha Ananda
Cipta
Belum ada tanggapan untuk "INDONESIA MERINDUKAN KEJAYAAN BULUTANGKIS INDONESIA"
Post a Comment