Setiap aku menonton dan membaca cerita tentang impian, aku menangis. Bukan ceritanya yang menghunyut hati, membuat pilu dada, mengalirkan air mata. bukan aku sedih karena cerita yang sedih. tetapi sekejap aku teringat pada mimpi-mimpiku.
Mereka, mimpi-mimpiku sendiri sudah aku perlakukan seperti mimpi tiriku padahal mereka mimpi kandungku. Sementara yang aku "sayangi", yang saat ini aku perjuangkan, yang sudah seperti mimpi kandungku, adalah mimpi-mimpi tiri, mimpi-mimpi milik orang lain, cita-cita orang lain.
Sesekali saja impian kandungku menyeruak, lalu menegurku. Aku balas tegurannya, lalu tak ku hiraukan. Kembali aku berkutat dengan impian tiriku.
Ironis, padahal hidup hanya sekali, lalu sebagian besar aku lakukan untuk mewujudkan impian orang lain. Lebih keras berjuang untuk impian tiri, lalu menelantarkan impian kandung. Lebih memperdulikan impian tiri, lantas impian ku siapa yang akan memperdulikan? siapa yang akan memperjuangkan?
Lebih menusuk hati, aku seperti durhaka pada Sang Pencipta, yang mengamanahkan ku untuk memperjuangkan impianku, tapi malah aku telantarkan.
Maafkan aku Allah,aku sadar, mereka, impian-impian kandungku tak akan aku sia-siakan lagi mereka di sisa umurku yang semakin terbatas ini.
Izinkan aku menghadiahkan kemenangan mimpi-mimpiku untuk Mu.
Impian Kandung Dunia ku:
Mengelola dan/atau memperbaiki 100 perusahaan yang mampu berkontribusi besar untuk perkembangan anak-anak.
Impian Kandung Akhrat ku: Minum manisnya air telaga Firdaus bersama Nabi Muhammad SAW.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Impian Kandung-Ku"
Post a Comment