"Ya Allah, aku ingin menikah, izinkan aku menikah segera. Amin"
do'a itu santer ku dendangkan hampir setiap sholat sepanjang bulan suci ramadhan ini.
Ya, aku ingin menikah. Kalau kata orang, kebelet. hehe..
eh, jangan ditertawakan, kasus ini serius. Sangat serius.
Dengan usiaku yang sudah 22 tahun, sudah 7 tahun aku mubazirkan sejak pertama mimpi basah. Waktu yang sudah cukup panjang ku pikir untuk memutuskan menikah sesegera mungkin.
Agak egois mungkin, karena menikah ini juga karena faktor: "makin banyak teman-teman dekatku yang menikah, dan aku iri!". Hah! sangat iri! Irinya sejenis sama-sama kuliah tapi liat teman2 udah pada lulus duluan. tapi ini sepertinya hanya pemicu, akan aku ceritakan gelora di dalam dada ini.
3,5 tahun yang lalu, aku mebaca kisah indah sahabat Ali As. yang melamar Fatimah Az-Zahra hanya dengan modal baju besi, dan keberanian. dan kau tahu umur mereka saat itu? kurang lebih 15 tahun! dan beliau berhasil menjadi Khalifah ke-4 umat Islam! Lalu lah timbul rasa ingin menikah. rasa yang perlahan-lahan tumbuh lalu semakin besar dan semakin menjadi-jadi.
Apalagi sekarang, perasaan rindu yang menggebu, yang cukup "menyiksa" pas tiba-tiba teringat, yang entah kapan berakhirnya, aih maaak. Ramadhan ini sepertinya jadi ramadhan paling berat selama berkarir 22 tahun menjadi makhluk hidup.
Satu sisi, alasan yang tak mau aku munafikkan adalah kebutuhan jasmani. kata Nabi Muhammad dalam riwayat Bukhari-Muslim, “Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki kemampuan, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”
dan memang sangat manusiawi dan priawi, karena merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. (kebutuhan dasar manusia yang belum dapat aku penuhi setelah 22 tahun lamanya menjadi manusia)
Ya logikanya, menikah lah, daripada disalurkan ke hal-hal yang negatif. kalo belum bisa, ya puasa. Kalo udah, ya hajar!
Ulama-ulama terdahulu, jika ditanya, apabila dia belum menikah dan dia tau besok ia akan mati, apa yang akan dilakukannya hari ini? Sholat? Puasa? Haji? Sedekah? bukan. Menikah adalah jawabannya. Alasannya, mereka malu menghadap Allah dengan keadaan belum menikah. “Jika seseorang menikah", Kata Nabi SAW, "maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al-Baihaqi) mereka malu bertemu Sang Khalik dengan agama yang hanya separuh, itupun compang-camping. Apalagi aku.
Sisi lain, dengan jalan hidup yang aku pilih menjadi seorang pengusaha, aku benar-benar sangat membutuhkan sosok yang bisa menjadi peneduh jiwa kala gusar hanya dengan memandang senyumanya, dan bisa sesering mungkin ku pandang. dengan halal tentunya. Aku benar-benar sangat membutuhkan sosok yang mampu mencurahkan perhatiaannya untukku, tempatku berkeluh kesah, berbagi cerita, berbagi kehidupan, berbagi kesulitan, berbagi kesenangan. Jawabannya sosok itu adalah pasangan hidup. Menikah.
Kata ALLAH “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya.” (QS. Ar-Ruum: 21). Itulah, aku ingin, dan semoga, dengan menikah ini hidupku lebih tentram, atau paling tidak ada yang menentramkan.
Kata orang, "dibalik seorang lelaki sukses, selalu ada wanita yang mendukungnya". Menurutku wanita itu adalah Ibu dan Istri. Ibu sudah ada. Istri? itulah yang sepertinya menjadi lubang di hati yang harus segera ditampal. kalo ndak takut banyak bocornya.
Nah, pertanyaannya sekarang: Sudah siapkah?
1. Insya Allah. Persiapanku sudah kulakukan sejak 3,5 tahun lalu timbul hasrat ingin menikah tapi ini persiapan fisik dan mental saja. Lalu Finansial, Alhamdulillah sudah ada sedikit tabungan untuk itu, sisanya biarkan ALLAH yang penuhi janjinya: "......Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32). Ibaratnya ini garansi sampai mati dari produsen.
Logikanya, masak iya ALLAH menelantarkan orang yang ingin melaksanakan perintahnya? menelantarkan saja tidak mungkin, apalagi ke mereka yang berusaha taat. iya apa iya?
Logikanya lagi, dengan menikah, rejeki istri yang dulunya perantara nya orang tua, setelah akad, statusnya serta-merta pindah ke suami, rejeki jadi dobel dong ya..? hmmm...
sudah 100% siap?
2. Jika menunggu siap 100%, lalu kapan nikahnya? Orang-orang terdahulu, yang jarang mengenal kata cerai, yang gak banyak dalih persiapan kayak orang sekarang malah ujung2nya cerai, mereka siapkan semampu mungkin, lalu jalani dan sisanya disiapkan berdua. persiapan yang akan terus berlangsung hingga ajal memisahkan. persiapan yang sempurnanya ketika berdua dipertemukan kembali di surga.
"Ya Allah, aku ingin menikah, izinkan aku menikah segera. Amin"
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "MENIKAH"
Post a Comment