Zaman makin berkembang, pun dengan cara-cara syaitan mempengaruhi manusia. Untuk mereka yang awam (seperti kita), cukup cara klasik pun sepertinya masih ampuh. Berbeda dengan mereka yang berilmu atau paling tidak mengerti mana baik dan buruk. Cara yang lebih halus ditempuh untuk jenis manusia yang satu ini:
hawa nafsu terselubung kebaikan.
"Seorang istri/suami yang membaca qur'an terus menerus,padahal pasangannya sedang membutuhkannya," demikian Buya Yahya mencontohkan dalam sebuah Tausiyah tentang Jalan Cinta pertengahan Februari lalu "Jangan sangka Membaca Qur'an adalah amal sholih, ia jadi sebuah hawa nafsu terselubung kebaikan, padahal saat itu memenuhi kebutuhan pasangan adalah lebih utama." Tipis begitu halus terselubung.
Alkisah seorang Ustadz datang ke sebuah kota terpencil untuk mengajar mengaji, ianya sekaligus menjadi takmir sebuah masjid disana. Sang Ustadz begitu istiqomahnya mengajar hingga murid-muridnya begitu antusias. Suatu ketika Pak Kiyai, guru sang Ustadz datang berkunjung ke kota itu untuk beberapa waktu. Begitu senangnya sang ustadz sebab bertemu sang guru, sekaligus dapat mengambil ibrah dari Sang Guru yang telah lama tak bersua. Sang Ustadz pun larut dalam kerinduan, hingga ingin terus membersamai Pak Kiyai, meski yang membersamai Pak Kiyai rupanya tak hanya ia sendirian, rupanya banyak murid Pak Kiyai lain yang ikut membersamai.
Beberapa adzan di Masjid tempatnya mengabdi terlalaikan sebab Pak Ustadz ikut kemana Pak Kiyai masjid tempat Pak Kiyai sholat, sekaligus mendengar tausiyahnya. "Toh Pak Kiyai ke sini hanya beberapa hari, tak apalah" pikirnya. Hingga waktu kepulangan Pak Kiyai yang rupanya bertepatan dengan jadwal mengajar mengaji. Pak Ustadz lebih memilih mengantar Pak Kiyai menuju terminal keberangkatan, meski sebenarnya sudah banyak yang mengantar, daripada mengajar mengaji anak-anak yang begitu bersemangat belajar, menjadi luntur semangatnya.
Di jalan kleinsyafan, Kita pun tanpa diberitahu, sebenarnya dapat membedakan mana yang hawa nafsu mana yang amal sholih.
Begitulah, di jalan keinsyafan, tak perlulah bagi syaitan menyuruh kita berbuat keburukan, cukup saja membuat mereka meningalkan amal sholih. Maka ketika nanti hari pembalasan, kita akan terkejut tentang sedikitnya amal, sebab yang dianggap amal shalih, rupanya hawa nafsu yang terselubung. Toh, yang telah tergiring menjauhi amal sholih (walau tak sadar) akan sangat mudah bagi syaitan menggelincirkan, senggol sedikit saja pasti jatuh. Dan bukankah bila kita tak disibukkan dengan amal baik maka artinya kita disibukkan dengan keburukan (meski terselubung kebaikan)?
Artikel keren lainnya: