Bisnillahirahmanirahim.
Salah satu output atau hasil dari berbagai (sesuatu yang kita anggap) musibah / cobaan adalah ketenangan.
Nabi Muhammad SAW, ketika semangatnya 'turun' lalu membaca kisah para Nabi pendahulunya dalam Qur'an, tiba-tiba bersemangat kembali.
Pernah membayangkan, seorang lelaki berdakwah ratusan tahun, yang percaya hanya segelintir, baca lagi, ratusan tahun; sampai-sampai anak dan istrinya pun tak percaya sama dia; membuat kapal raksasa diatas gunung dengan personil seadanya. Dialah Nabi Nuh AS.
Muhammad SAW merasa tak seberapa dibanding 'musibah' yang dialami pendahulunya.
Pernah membayangkan, seorang anak muda, sendirian melawan semua
kaumnya yang berbeda keyakinan, dibakar, di usir dari kampung; berkelana
sendiri, tanpa pengagan kitab, berdakwah kepada penyembah matahari,
bulan, bintang bermodal keyakinan; yang sampai tua tak punya anak, sekalinya punya anak
malah disuruh ditinggal di padang kosong, pas anak kesayangannya sudah
besar disuruh menyembelih anaknya sendiri. Dialah Nabi Ibrahim AS.
Muhammad SAW merasa tak seberapa dibanding 'musibah' yang dialami pendahulunya.
Pernah membayangkan, seorang lelaki, punya dosa membunuh, tak lancar bicara, berdakwah pada Pengusa langsung, memimpin kaum super bengal dan tak tau balas budi yang sudah melihat mukjizat visual tetap saja bengal, dialah Nabi Musa AS.
Muhammad SAW merasa tak seberapa dibanding 'musibah' yang dialami pendahulunya.
Muhammad SAW sendiri, harusnya adalah yang 'paling menderita' diantara seluruh kaumnya.
Yatim sejak lahir; Piatu sejak di gendongan; Ditinggal kakek kesayangan sejak kecil; ditinggal paman yang sudah seperti ayah dikala remaja; dipercaya tetapi dihina saudara, kerabat dan teman sepermainan sendiri; diboikot pasokan hidup 3 tahun; terusir dari kampung sendiri; perang modal ratusan pasukan melawan ribuan musuh; di kampung hijrah tetap kesulitan pasokan hingga mengikat 2 batu diperut; pernah 3 purnama tak ada yang bisa dimasak di rumah sendiri; menghadapi sekitar 80 peperangan selama 10 tahun.
Semua yang kita anggap musibah, rupanya tak sebanding dengan apa yang telah dialami para pendahulu kita. Mereka yang Allah Beri Nikmat kepadanya, seperti do'a yang selalu kita baca 17 kali sehari, dalam Al-Fatihah ayat terakhir.
Semua 'musibah' yang Muhammad SAW menghasilkan ketenangan yang luar biasa. Rupanya semuanya adalah tempaan yang Allah SWT siapkan untuknya. Salah satunya ketenangan mengahadapi semua hal yang terus bertumbuh.
Bila kelas kita masih gugup bila ketemu bos, atau pimpinan, presiden, atau orang-orang-penting lainnya.
Muhammad SAW dengan tempaan sedemikian rupa, mampu bersikap sangat tenang, sangat tenang, sangat sangat tenang ketika berjumpa ALLAH di Shidratul Muntaha'.
kutipan percakapan masih selalu kita hafal hingga sekarang:
Salam dan sejahtera, sembah bakti dan segala kebaikan bagi Allah.
Salam atasmu wahai Nabi dan rahmat Allah dan keberkatanNya.
Demikian
pula mudah mudahan dianugerahkan kepada kita dan kepada segenap
hamba-hambaNya yang soleh. Aku mengaku bahawa tidak ada Tuhan melainkan
Allah. Dan aku mengaku bahawa Nabi Muhammad itu pesuruh Allah.
See?
Beliau masih ingat sama ummatnya yang sholeh!
Ndak nervous, apalagi gugup. Sangat tenang! Ketenangan Muhammad SAW mencapai puncaknya!
Rasanya ndak mungkin orang nervous sampai teringat orang lain. Mikirin diri sendiri saja belum genah!
Jika saudara-saudara yang shalih tengah ditimpa suatu 'musibah' atau 'cobaan', khusnudzon lah, berprasangka baik lah. Allah tengah menempamu, mempersiapkan dirimu untuk suatu momen yang sangat penting, yang tak mungkin bisa dilalui oleh orang-orang yang sebelumnya tidak mengalami 'musibah' atau 'cobaan' seperti yang tengah saudara alami.
Wallahu'alam.
Wabillahittaufik wal hidayah.