Di agama saya diajarkan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk beraktivitas ekonomi...
Di agama saya diajarkan bahwa posisi laki-laki dan perempuan setara untuk membangun keluarga..
Di agama saya diajarkan bahwa pekerjaan rutinitas rumah tangga bukanlah tugas perempuan, sebab wanita bukan Pembantu Rumah Tangga..
Hanya, secara alami spesialisasi antara laki-laki dan perempuan berbeda, yang tidak bisa tergantikan oleh gender lain.
Bila jadi 2 jam sehari dikurangi, artinya ada 520 jam kerja setahun atau setara 21 Hari tambahan untuk pendidikan anak-anak penerus bangsa dan agama yang akan membanggakan kalian.
Dengarkan nurani, buang ego, bila disuruh memilih, mana yang lebih berharga, 21 hari untuk perusahaan/instansi/uang atau 21 hari untuk anak-anak?
Apakah mau, pendidikan lelah berbelas tahun, tetapi menyerahkan pendidikan anak-anak sendiri pada mereka yang tak tamat sekolah?
Menurut saya, kebijakan ini sangat cocok bagi mereka yang sudah berkeluarga dan punya anak. Apalagi anaknya masih kecil.
Katanya, efeknya, nanti perusahaan akan cenderung memilih laki-laki saja sebagai karyawan sebab perempuan bakalan kurang efektif..?
Heeeiii, coba deh sehari saja pakai helicopter view-nya yang punya usaha... Selalu saja ada Posisi di perusaahaan yang sama sekali tak bisa dan bahkan tak mampu diisi oleh laki-laki.
Sebab sifat-sifat khusus perempuan yang dibutuhkan di posisi tertentu yang tidak dimiliki laki-laki. bahkan meski, laki-laki itu 'mirip perempuan'.
Katanya, alasannya uang..?
Kurangi saja gaji perempuan sesuai pengurangan jam kerja, daripada 'kelebihan' gaji malah dikasi ke babysitter.. sama saja uangnya kan..?
Di rumah pun sebenarnya lebih banyak waktu untuk jadi 'Daster-preneur' kan?
Lagipula percayalah, bukan uang yang bikin kalian bertahan hidup, bukan.
Katanya, 'kan yang penting bisa bagi tugas'..?
Laaah, berarti kebijakan ini BENAR, MEMFASILITASI perempuan biar lebih mudah bagi tugas. Iya kan?
Tidur 7 Jam, Ngantor 8 jam, perjalanan ngantor 2 jam, di rumah cuma 7 jam? belum lagi urusan pribadi di rumah, berapa jam untuk anak?
Masak iya porsi waktu untuk anak paling sedikit?
Kalau tidur dikurangi? malah bikin sakit. Anak dan kantor terbengkalai.
Satu satunya yang bisa dikurangi adalah waktu ngantor, Tidur 7 jam, Ngantor 6 jam, perjalanan 2 jam, Dirumah 9 jam.
Yaaah paling ndak sempat lah santai2 dulu di rumah nenangkan pikiran dari urusan kantor.
Katanya, degredasi emansipasi? diskriminasi? Sia-sia usaha kartini?
Tolong bedakan DISKRIMINASI dengan PRIORITAS.
Awam saya, diskriminasi adalah 'yang satu dapat/boleh, yang lain tidak'; bukan 'yang ini kerjakan yang ini, yang itu kerjakan yang itu' kalau ini namanya Prioritas, right man at the right place.
Lagipula apa itu emansipasi?
Laki-laki dan perempuan secara alami menyadari pembagian tugas tak tertulisnya masing-masing, masing-masing memiliki pola spesialisasi masing-masing yang tidak bisa dipaksakan ke gender lain.
Tapi disana ada 'ego' kata lain dari emansipasi. Tak perlu ada emansipasi.
Oh, ya, FYI, Ibu Kartini, adalah perempuan yang bahagia menjadi istri ke-tiga; yang perjuangannya 'hanya' menulis surat kepada kawan nun jauh disana; yang pemikirannya terpengaruh oleh kawan yang mengagungkan 'barat'; padahal kita, orang timur sudah mampu menyebrang samudra saat orang barat masih takut mandi... Kartini adalah korban emansipasinya sendiri.
Biar apa?
Biar anak tahu kemana tempat kembali bila ada masalah. Ibunya yang menenangkan atau orang lain?
Biar dapat saran dan masukan dari Ibunya yang lebih berpendidikan.
Biar anak ndak sempat mencari tempat 'pelarian' karena ada yang siap sedia. pastikan yang siap sedia bukan orang lain.
Sebab peran besar wanita bukanlah membangun perusahaan/instansi, tapi membangun peradaban, spesialisasi perempuan yang tak bisa digantikan laki-laki...
Sebab peran besar membangun peradaban tak bisa diwakilkan kepada PRT atau Babysitter, mereka pun sedang membangun peradaban mereka sendiri...
Biarlah, urusan cemen sekedar membangun perusahaan/instansi kalian hibahkan ke kami, laki-laki... Tugas kalian, perempuan, jauh lebih besar!
Tentu tak akan pernah ada kebijakan yang menyenangkan semua pihak.
Tentu sebuah kebijakan yang berdampak sistemik, telah, dan harus dipikirkan matang-matang untuk kemajuan jangka panjang.
Sayang anak, sayang anak!
Tapi, tak tahulah, saya pun baru mau berkeluarga, apalagi punya anak. #Bukanpromo
Artikel keren lainnya: