"Sebelum menikah denganmu" kata sang Istri "Aku pernah jatuh cinta kepada seorang lelaki"
Telinga sang suami memerah mendengarnya, "Siapa lelaki itu?" tanyanya.
"Ia adalah engkau, suamiku"
Bila berbicara tentang jodoh, kebanyakan dari kita tentu teringat kisah syahdu putri Nabi SAW, Fatimah RA yang dipersunting Ali bin Abi Thalib RA.
Kisah cinta yang diimpikan banyak dari kita. Keduanya, setara. Sama-sama menjaga, sama-sama taat, sama-sama taqwa, hingga setan-pun tak tahu apa yang mereka rasakan. Yang satu anak Nabi, yang satu sepupu Nabi. keduanya dalam bimbingan Nabi SAW.
"Ahlan wa sahlan" kata Mertua, Nabi Muhammad SAW, ketika Ali datang melamar Fatimah.
Kisah cinta yang melegenda, kiranya gambaran pas Surah An-Nuur ayat 26.
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita
yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik
adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)......."
Begitulah, cara pandang dan logika jodoh kebanyakan kita genggam.
begitu sederhana: YANG BAIK (hanya) UNTUK YANG BAIK. atau level ke-shalihan/iman/taqwa-nya setara.
~~~~~~~~~~
Kala itu, ia tengah dalam pelarian. Bukan pelarian biasa, ia adalah buronan polisi Mesir. Atas saran temannya ia sempat keluar dari kota sebelum para petugas datang menangkapnya. Kasusnya bukan kasus sepele: MEMBUNUH. Dosa level kedua dibawah syirik. Ia adalah kriminal!
"Ya Rabbi, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah aku." ia bertaubat.
Jauh. Lelah ia berjalan melewati gurun yang gersang, "Mudah-mudahan Tuhan-ku Memimpin aku ke jalan yang benar" harapnya.
Hingga tiba di sumber air sebuah kampung, Madyan namanya. Ia tolong dua orang wanita yang kesulitan memberi minum ternaknya, setelahnya ia berteduh dan dalam lapar ia berdo'a "Rabbi, inni limaa anzalta ilayya min khairi faqiir, Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku"
Allah, mentakdirkan-nya bertemu dengan seorang Nabi, Syua'ib AS. rupanya dua orang wanita yang ia tolong adalah putri-putrinya. Singkat cerita, setelah jujur menceritakan tentang kisahnya, ia dinikahkan dengan salah satu dari dua gadis tersebut. Dan mengabdi serta berguru selama sepuluh tahun lamanya kepada Syu'aib AS. sebelum akhirnya ia, mantan penjahat itu diangkat menjadi Rasul Kalimullah.
Satu lagi kisah cinta. Dosa menjadi wasilah Allah mempertemukan dua hati, Musa AS yang kala itu belum menjadi Nabi pun seorang mantan pendosa besar, bertemu jodoh Fulanah binti Syu'aib AS nan shalihah.
Tunggu dulu, bukankah yang baik untuk yang baik? mengapa seorang mantan kriminal jodohnya wanita sholihah? apalagi Allah menjodohkan mereka belum lama setelah Musa AS bertaubat, 'kebaikan pertamanya' pun 'hanya' menolong memberi makan ternak.
Percayalah, tak mungkin Allah menyalahi janjinya.
Musa AS yang kala itu 'berpotensi' baik, atau mau bertaubat dan menjadi baik, Allah angkat derajatnya.
Kali ini logika jodoh berada pada ranah frekuensi. Rupanya, ia yang mantan pendosa besar yang bertaubat lalu memperbaiki diri, dianggap setara dengan ia yang 'terjaga' dengan baik sedari awal.
Frekuensi "yang baik untuk yang baik" mereka sama: MENUJU KEBAIKAN.
*novel Bumi Cinta buah karya Ust. Habbiburahman El Shirazy, juga menggambarkan yang mirip: pezina taubat yang dulunya sangat membenci islam, berjodoh dengan tokoh utama yang shalih.
~~~~~~~~~~
"Kecuali istrinya" kata ALLAH, ketika memerintahkan Luth pergi dari kampungnya sebelum azab Allah turun.
Begitu pun Nuh AS yang harus merelakan sang istri tenggelam oleh banjir besar sebab tak mau beriman.
Pun sama halnya dengan Asiyah, ibu angkat Musa AS, yang bersuamikan tiran Fir'aun.
sampai disini, logika jodoh manusia tak 'sampai' ilmunya.
Ada Rahasia logika jodoh yang Allah misterikan kepada otak yang hanya lebih besar sedikit daripada dua kepal tangan.
Sungguh Allah Maha Ghaib.
~~~~~~~~~~
An-Nuur : 26 turun sebab untuk membela fitnah terhadap 'Aisyah RA, Istri Nabi tercinta yang dituduh berzina. Bahwa Allah tak mungkin menjodohkan Nabi Muhammad SAW yang mulia dengan wanita pezina, Ayat ini menegaskan: 'Aisyah pasti wanita baik, bukan pezina, dan fitnah itu tidak benar!
Akan tetapi, Allah memilih menggunakan kata Thoyib alias "BAIK", bukan 'shalih/shalihah', atau 'beriman' atau bahkan 'bertaqwa' yang jadi kadar derajat seorang manusia di sisi-NYA.
Entahlah. yang jelas Allah tak akan menyalahi janjinya: "yang baik untuk yang baik".
Mungkin ada definisi lain dari 'BAIK' yang diluar jangkauan kita.
meski, apapun definisi "BAIK" dari Allah itu, akan ada saatnya kita tahu.
Ah, saya juga pun belum bertemu jodoh. Kamu? #INIIKLAN
Wallahu'alam.
Wabillahittaufik wal hidayah.
******
Bonus:
-- mungkin tak cukup menjelaskan - menggunakan logika matematika dan sedikit cocokologi ---
"..........Mereka (istri/suami) adalah PAKAIAN bagimu, dan kamu adalah PAKAIAN bagi mereka...." (Al-Baqarah:187)
"........Tetapi PAKAIAN TAQWA, itulah yang LEBIH BAIK......" (Al-A'raf : 26)