Awal Tahun 1996.
"Jadi mau masuk SD atau TK?" tanya Mama.
"SD
jak, TK tuh cuman nyanyi-nyanyi" sahut Tante, kakak ipar Mama.
"Iye ye, SD jak lah ma".
Juli 1996, Seragam SD resmi dikenakan. Sebenarnya SD tidak resmi-resmi amat. Sang anak yang tidak mau TK 'terpaksa' dimasukkan ke SD Negeri 05 Singkawang yang Kepala Sekolah nya kenalan Orang Tua anak itu. Semacam dititipkan dulu di SD itu. Tau huruf saja belum, apalagi membaca, boro-boro menulis, modalnya cuma bisa menghitung 1-10. Cuma karena ndak suka nyanyi-nyani.
Dan benar saja, pelajaran menyanyi sangat minim di SD, ada pun hanya satu mata pelajaran: KTK alias Kerajinan Tangan dan Kesenian yang sangat terbatas.
~~~~~~~~~~~
Akhir Tahun 1997.
"Coba kamu yang duduk di depan dekat jendela itu jangan nyanyi dulu"
"Yang lain, ayo diulang nyanyinya sama-sama"
"Iya, Bu"
Dhuha itu pelajaran KTK di Sekolah barunya, ia pindah sekolah awal tahun itu, sebab orangtua nya pindah Dinas di Ibukota Provinsi.
Dari sekian banyak murid, ialah satu-satunya yang "terpilih" untuk diam, sebab suaranya dari tadi selalu saja fals dan tidak kompak dengan siswa-siswi lain menyanyikan lagi Padamu Negri.
Sementara yang lain bernyanyi, ia hanya terdiam, bukan menikmati nyanyian teman-temannya, tapi berpaling pada belalang-belalang yang lompat kesana-kemari, di luar jendela sekolah.
"Kamu, ayo nyanyi lagi sama-sama"
"Nanti upacara, kamu jangan nyanyi ya, biar yang lain saja, kamu diam saja" pesan Bu Guru yang tiba-tiba menghentikan nanyian yang belum pun sampai setengah.
Untungnya, waktu itu belum ada lagu: Sakitnya Tuh Disini.
~~~~~~~~~~~
Awal 2006.
"Lihat tuh, cewek saja bisa main gitar, malu jadi cowok!"
"Iye, aku belajar,
tenang jak kitak (tenang saja kalian)"
SMA memang gila. Ya, seorang anak sangat introvert pun bisa dirubahnya. Apalagi bergaul dengan anak-anak pramuka yang senang gitaran di 'sekre' dan pas kemah-kemah. Ndak gaul kalau ndak tahu musik, minimal gitar. Kali ini untungnya tidak akan ada yang permasalahkan kualitas pita suara.
"Ma, bulan ini duit jajannye langsung sebulan jak ye"
"Untuk apa?"
"Mau beli gitar"
Mulailah ia mengkoleksi buku-buku kord gitar untuk belajar bermusik. Hingga ujung-ujung jarinya yang mulus jadi membatu sebab senar gitar.
Dan dengan senjata barunya, meskipun dengan kualitas permainan dibawah standard, ia mulai bergerilya, dari gitaran di kelas, sekre, kemah, sampai digunakan cari pacar, untungnya waktu itu tidak ada yang mau sama abang ganteng itu. Hiks!
Puncaknya ia jadi
bassist salah satu band di acara perpisahan SMA, lagunya : BUNDA teruntuk para guru.
~~~~~~~~~~~
Akhir 2011
Musik menjadi salah satu pintu awalan, luluhnya hati seorang perempuan.
Bermodal gitar pinjaman, alunan lagu band pop awal 2000an dimainkan.
Sebab hanya sisa kejayaan, permainannya tak karuan, terlebih suaranya plus kualitas rekaman handphone tua.
Pada titiknya, musik membuka pintu kemaksiatan, hati gadis itu luluh oleh permainan musik tak karuan, yang hanya jadi penyesalan, meski judulnya bukan pacaran, ah apa bedanya 'kedekatan islami' seperti itu dengan pacaran?
Alhamdulillah, jalan telah ditunjukkan, hanya tinggal kenangan. Yang tak perlulah dikenang.
Akhirnya, alat musik pun ditinggalkan, selamat jalan untuk kemampuan.
Seandainya tetap tak mau mengenal musik, aih, tak boleh berandai andai. Semua telah telanjur tercatat sebagai latar belakang kurang baik. Yang bisa diperbaiki hanyalah memperbaiki masa depan.
~~~~~~~~~~
"Marry your daughter, make her my wife, I want her to be the only girl that i love for the rest of my life" berngaung alunan lagu berbahasa Inggris keluar dari speaker hendphone temannya
"Bagus tuh, tuh bro lagunya, baru ya?"
"Yaelah bro, dah lama kali, setengah taun lalu dah terkenal!"
"Oh iya? Hahaha.."
Musik? Sesekali saja kok, pas boker, hahaha..
Itupun lagu-lagu lawas, yang penuh makna, bukan makna dalam atrian 'kenangan' tapi makna dalam artian 'isi lagu'. Dan "Marry Your Daughter"nya Brian Mcknight pun jadi salah satu dari 20 playlist untuk mengisi kesunian 'ruangan perhajatan'
Boro-boro gitar! Ujung-ujung jari tangannya pun sudah mulus kembali, kayak pantat bayi.
Boleh dibilang, sekarang ia tergolong GapSik : Gagap-Musik.
Mau pelan-pelan menjauhi musik, ceritanya pengen install ulang isi otak yang dua-puluhan tahun kebelakang terlalu banyak diisi sampah.
Tak berani mengharamkan, tapi mulai menjauhi.
Setidaknya mulai dilakoni dengan menghindari ajakan seperti ini:
"Sepi nih, karaokean yok.."