Belakangan sangat galak seruan kepada kaum perempuan untuk berhijab, hijab syar'i terutama. Ramai-ramai menyerukan perintah Allah dalam Surah An-Nuur : 31 kepada para wanita untuk menutup auratnya. Seruan-seruan ini lelaki maupun perempuan yang menyerukan, sangat masif, sangat positif. Sebab perintah Allah pastilah baik, melanggarnya pastilah buruk, baik saat melakukan maupun akibatnya, tiada kompromi.
Ironisnya, bersamaan dengan itu, para penyeru yang sebagiannya adalah lelaki lebih sering lupa: mereka pun punya aurat.
Memang, lelaki adalah makhluk visual maka itu secara natural lelaki lebih mudah 'ditaklukkan' dengan apa yang ia lihat, pengaruh mata lebih kuat terhadap lelaki, sebab itu wanita diperintahkan menutup auratnya, agar natural lelaki tak mudah tergoda.
Dan disisi lain, wanita adalah makhluk audio, maka itu wanita lebih mudah 'dikalahkan' dengan suara (ucapan, kata-kata, musik, dll) yang ia dengar, pengaruh telinga lebih kuat terhadap wanita, sebab itu aurat lelaki tak banyak, pendapat sebagian besar ulama: antara lutut dan pusar. Tetapi 'sedikit' pun aurat itu bukan berarti tak ada. Dan pengaruh wanita atas visual pun, meski kecil, bukan berarti tak ada. Ia ada dan harus sangat dijaga. Sebagaimana lelaki-lelaki penyeru itu ingin para wanita menjaga auratnya, juga sebagaimana wanita menjaga auratnya.
Sabda Rasul untuk para lelaki: Apa yang ada di antara pusar dan lutut adalah aurat. (H.R. Al Hakim)
Maka, berhijab syar'i-lah para lelaki, jaga auratmu.
Artikel keren lainnya: