Bismillahirahmanirahim.
Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Setiap kita terlahir dalam keadaan suci, kita terlahir satu paket bersama nurani, sebagai 'pembimbing' kita menjelajahi dunia. Lalu lingkungan lah yang mengubah kita, menjadi kita sekarang. Akan tetapi, nurani tetap lah ada, di dalam diri kita, berteriak teriak meski sering kali tak dihiraukan.
Sepanjang dua-puluh-dua tahun lebih berkarir sebagai manusia, kayaknya ndak pernah nurani nyuruh yang jahat-jahat. :D
Ada satu kondisi dimana kita meng-iya kan perkataan nurani kita yang baik-baik itu. Dan menginginkan lingkungan kita seperti apa yang di katakan nurani itu karena bagi kita itulah kondisi terbaik. Bagi saya itulah IDEALISME.
Biasanya yang masih punya ideaslime itu adalah anak-anak muda seperti kita, ya, kamu dan saya. Meskipun juga tak sedikit kalangan tua yang masih mempertahankan idealismenya.
Pernah gak teman berada pada suatu kondisi/situasi/organisasi/institusi yang di dalamnya banyak mark-up? Lalu apa reaksi teman?
Saya, pernah mengalami, saya memang tidak setuju, di dalam hati saja tapi, lantas membiarkan terus terjadi. Lama kelamaan karena
'realistis' dan
'semua orang juga gitu' dan
'takut dianggap beda sendiri', mulai terpengaruh ikut-ikutan, malah jadi pelaku kejahatan, parahnya jadilah kebiasaan. Inilah sistem kaderisasi calon-calon koruptor. Hahaha... *ketawamiris
(pst, jangan lihat siapa yang ngomong, tapi apa yang diomongkannya :D)
Mungkin semua koruptor juga kayak gitu ya..? tahu dan tidak setuju - dibiarkan - takut melawan - ikut-ikutan - kebiasaan.
Padahal oh padahal, sadar atau tidak sebenarnya saat itu kita punya opsi lain: Mempertahankan idealisme!
paling tidak, dengan idealisme, kita tidak akan sampa pada tahap 'ikut-ikutan'. atau bahkan bisa saja 'melawan'.
Lagi-lagi atas dasar 'realistis' lantas memaklumi. Terjadilah pertarungan Nurani vs Akal; Idealisme vs Realisme.
Teman-teman saya sering bilang: "sekarang mungkin bisa idealisme; nanti pas udah ada tanggungan anak-istri yang kelaparan; pikiran akan berubah, condong ke realistis"
Makanya, mumpung masih bisa idealis; idealis lah sebisanya, turuti kata-kata nurani. dan dari sekarang (meskipun belum punya anak-istri) bikin situasi biar nantinya mereka gak kelaparan dan kita terpaksa ngikutin realisme. Contohnya: jadi pengusaha sukses di waktu mudah, dll.
Paling tidak, dengan begitu musuh kita akan berkurang, dari realisme menjadi tamak-isme, yang relatif leibh mudah dikendalikan.
Idealis lah selagi bisa, pertahankan sampai tua. :)
Wassalamu'alaykum warahamtullahi wabarakatuh,
Ridha Ananda Cipta
Twitter/Instagram : @RestorasiRidha
Facebook.com/ReStoreID
Email : RidhaStill@live.com
*sumber gambar dari google
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Ideal - is - me"
Post a Comment