Bismillahirahmanirahim.
Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Komplek rumah ayah yang terletak di antara dua jalan besar plus jalan komplek yang sudah dibeton warga plus lapis semen membuat jalanan komplek menjadi tempat lalu lalang banyak orang. Meski sekarang jalan yang dimanfaatkan sebagai jalan pintas tersebut sudah agak sepi semenjak dibuat polisi-polisi tidur. Alhamdulillah sebab anak-anak tak lagi terlalu khawatir tertabrak mereka yang melintas.
Di depan sebelah kiri gerbang komplek rumah Ayah, tepat di pinggir jalan, terdapat sebuah Tempat Penampungan Sampah Sementara (sebut saja TPSS). TPSS itu menjadi destinasi sampah rumah tangga untuk warga radius hampir 1 KM. Tak ayal bahkan sebelum dibuat, TPSS itu sudah mengundang banyak kontroversi. Bagaimana tidak, kebersihan komplek kami menjadi "taruhannya". Banya warga yang menolak dengan alasan membuat kumuh suasana komplek, meski jarak dari TPSS ke rumah warga terdekat lumayan jauh, sekitar 100 meter. Tetap banyak warga takut TPSS menjadi sumber penyakit.
-------------------------------------
Malam-malam. Hampir setiap malam ia menyusuri komplek rumah kami. Dari rumahnya yang berada di belakang komplek rumah Ayah menuju TPSS di depan komplek. Kereta tuanya dikayuh, dengan keranjang barang bekas di kiri dan kanan yang diikatkan di jok penumpang. Penampilannya tak terlihat jelas, tentu karena ia hanya terlihat ketika malam saja, hingga yang tampak hanya samar saja meski dari dekat. Wajah nya ku taksir berumur diatas 50 tahun, berwarna coklat gelap yang semakin gelap bersama gelapnya malam, dengan banyak guratan khas, bekas memikirkan penghidupan hari-hari untuk anak dan istrinya di rumah. Ekspresinya datar, tak berpaling ke sekeliling.
Satu hal yang khas, adalah Helm kerupuk yang ia lapisi dengan kantong plastik warna putih. Selalu warna putih, entah kenapa. Jika dari kejauhan terlihat samar putih-putih melayang setinggi 2 meter, kemungkinan besar itu dia yang sedang berangkat kerja. Jam kerjanya malam, karena jadwal bak sampah akan diangkut truk Dinas Kebersihan menuju Tempat Pembuangan Akhir tepat pukul 6 pagi. Akibatnya sang bapak helem putih sering "kejar target". Sering ia terlihat sejak pukul 8 malam, sering juga hingga pukul 1 dini hari. Disana pun ia harus tetap bersaing dengan sesamanya membolak balik sesuatu yang kita sebut sampah, tetapi mereka terlihat seperti mencari bongkahan emas.
Senjata andalannya, adalah besi pengait panjang berbetuk seperti kail pancing yagn digunakan untuk membolak-balik sumber rezeki. Tak lupa pula senter untuk penerangan saat dinas malam seperti ini tentu saja sangat berguna menarget buruan.
Yang kita syukuri dan kagumi, sang Bapak Helm Putih dan para koleganya masih mau mencari rezeki walau dari tempat yang bahkan banyak orang jijik mendekatinya. Berapalah rupiahkah pun tak sempat tertanyakan, yang jelas Insya Allah semuanya halal dan thoyib. Lebih berbangga dari beberapa lain yang hanya tengadah tangan harap bantuan, atau yang bahkan memilih menjadi residivis kambuhan. Padahal Allah kirimkan rezeki dari mana saja asal kita mau menjemputnya.
Alhamdulillah, bahkan sesuatu yang berasal dari sampah mampu Allah takdirkan menjadi lahan rezeki untuk sebagian manusia. Semoga warga komplek kami kebagian pahala sebab mengikhlaskan depan komplek mereka menjadi tempat mengais rezeki.
"Bahwa sampah pun bukan tak berguna, tetapi hanya beberapa yang mampu lihat gemerlap karunia di dalamnya."
-------------------------------------
Sebenarnya pun, banyak warga komplek yang tertolong dengan adanya TPSS itu. Sebab penerangan jalan utama dan gerbang komplek kurang memadai, maka jika tak ada TPSS itu tentu akan terlalu sering orang yang tersesat mencari rumah kami.
"Komplek rumahmu dimananya dha?"
"Dari simpang Sepakat belok kiri 1 KM, kompleknya setelah Masjid Ath-Thayibah, yang didepannya ada Bak Sampah!"
Alhamdulillah.
Nuha,
Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Alhamdulillah #1 : Sampah"
Post a Comment