Bismillahirahmanirahim
Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya, dahulu dan beberapa waktu sekarang adalah orang yang sangat emosional.
Jika sudah dikendalikan oleh emosi, saya akan menjadi mudah marah, tidak bisa berpikir, mudah panik, pikiran seakan lumpuh.
Setengah tahun lalu, saya bersama beberapa teman membuat CV, tujuannya kami ingin membangun bisnis properti yang sekarang sedang naik-naiknya di Pontianak. Modal kami? Nol Rupiah. Hehe..
Alhamdulillah saya dipercaya menjadi Pemimpin di tim tersebut.
Seperti biasa ketika awal mulai, semangat masih EMPATLIMA. Membara.
Satu bulan. Proyek belum adan yang tembus.
Bulan ke Dua. Gagal deal proyek.
Bulan ke Tiga. Lebaran. Liburkan diri.
Bulan ke Empat. Semangat lagi. Gagal Deal lagi.
Bulan ke Lima. Team sudah mulai malas kumpul. Ngerasa ni proyek ga ada duitnya.
Bulan ke Enam. Rapat hanya sendiri. Resmi bubar.
Saya sebagai pemimpin saat itu sangat KESAL, terutama pada bulan ke Lima dan Enam karena merasa tim tidak komitmen akan janjinya.
Saya komplain ke beberapa anggota tim tentang anggota tim lainnya. Saya menyalahkan meraka.
Silaturahmi mulai meregang gara-gara emosi (dan sesuatu sejenis dendam, sebut saja kecewa).
Setelah semua berlalu, keadaan sudah tenang, saya sudah mulai bisa melupakan kekesalan-kekesalan itu, saya coba evaluasi, sendiri.
Saya sampai pada kesimpulan: Kegagalan Tim kami secara keseluruhan adalah ketidakberesan pemimpinnya, entah karena tak mampu mempertahankan antusias/semangat, atau karena ketidakberesan cara memimpin atau memang pemimpinnya tidak tahu cara memimpin. Dan pemimpin itu adalah saya.
Pengendalian emosi saya yang sangat kacau sebagai seorang pemimpin adalah awal mula kehancuran tim kami.
Mood jelek ketika seharian hujan, padahal harus rapat.
Kekesalan karena tidak mampu mentoleransi anggota tim yang sedang ada keperluan sangat mendesak.
Sangat down ketika kegagalan deal satu-persatu melanda.
Semangat paling hancur, padahal harus menyemangati anggota tim yang
lain. Alih-alih menambah semangat, malah memperburuk semangat tim; terutama saat-saat paling kritis (bulan 5-6).
Terlalu serius, padahal keadaan tim sangat butuh disemangati.
Dan masih banyak lagi.
Saya menyalahkan anggota tim, padahal masalah utamanya adalah pada pemimpinnya. Memalukan.
Kehancuran TIM & SISTEM sangat bisa dimulai dari kegagalan PEMIMPINNYA MENGENDALIKAN EMOSI.
~~~~~~~~~~~~~~~~
Belakangan saya mulai bisa mengendalikan emosi, caranya? Jurus PROAKTIF.
Proaktif adalah mundur sejenak sebelum mengambil tindakan.
Jadi gini, tiap emosi kepancing, tahan dulu reaksi.
Tarik napas dalam-dalam, tahan 2 detik, hembuskan, lakukan berulang-ulang sampai pikiran lebih tenang. dengan begini oksigen akan lebih banyak masuk ke otak, mempermudah berpikir.
Tanya ke dalam diri, "Mengapa saya harus emosi?"
Seketika emosi saya mereda, Alhamdulillah.
Insya Allah, saya sudah praktekkan, dan berhasil meskipun masih harus sering dibiasakan. Hehe..
Saya sedang belajar mengendalikan emosi saya. Yuk, sama-sama, sebelum makin banyak kerusakan yang terjadi gara-gara Emosi kita yang tak terkendali.
Semoga Bermanfaat.
Wassalamu'alaykum warahamtullahi wabarakatuh,
Ridha Ananda Cipta
Twitter/Instagram : @RestorasiRidha
Facebook.com/ReStoreID
Email : RidhaStill@live.com
ECAMP #95 | #MBM16
Owner @NuhaTours - Tiket Pesawat dan Umroh
Belum ada tanggapan untuk "EMOSI"
Post a Comment