Belakangan ini, makin banyak saya teman seangkatan yang menikah, ehm. Turut senang becampur iri sebenarnya. kapan giliran saya.. :D
Sabtu kemarin, saya menemani mama mengadiri resepsi pernikahan menggantikan ayah yang sedang demam dan bed rest di rumah.
Pukul 17.30 kami baru berangkat, ada 2 resepsi, keduanya sebenarnya dimulai dari siang hingga malam. Resepsi pertama, di aula museum Kalimantan Barat, sekitar 15 menit (plus lima menit perjalanan) kami di sana, waktu menunjukkan pukul 17.50. Sebentar lagi Adzan Maghrib.
Kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke tempat resepsi ke dua di Rumah Melayu Kalimantan Barat. Diperjalanan terdengar adzan, tetap kami lanjutkan dengan alasan langit saat itu sangat mendung.
Sekitar pukul 18.00 kami tiba, dan 18.15 kami pulang. Kami menunda Sholat <--jangan dicontoh="" p="">
--jangan>
Sesampai di rumah saya berpikir, karena belum pernah nikah (boro-boro resepsi) sebelumnya, bagaimana dengan pasangan yang sedang berbahagia itu sholatnya ya? gantian kah? Sama saja menunda seperti saya berarti?
Bagaimana dengan panitia, pagar ayu, penjaga stand makanan, deelel yang sudah 'telanjur' dandan itu sholatnya? Ditunda juga? Dosanya di tanggung siapa? Masing-masing? atau pemilik acara?
Jika pemilik acara yang menanggung, alangkah rugi. Memulai langkah hidup dan menyempurnakan agama dengan pernikahan, tetapi diawali dengan gelimang dosa. :(
Sebenarnya sedang ngetrend resepsi pernikahan yang sebentar-sebentar itu, abang dan kakak saya banyak yang resepsinya hanya 2-3 jam saja. Waktu yang dipilih biasanya waktu antara Zuhur dan Ashar. Cukup saya pikir. Jadi resepsinya dibuat seefektif mungkin, agar selain hemat, juga minimalisasi (atau minimalisir ya?) dosa.
Tinggal dimainkan saja konsepnya, agar yang sebentar itu dapat esensinya dan tetap dapat gengsinya (biasanya gengsi ini yang jadi alasan)
Bukankah esensi resepsi sebenarnya MEMPERKENALKAN kedua mempelai sebagai suami-istri yang baru, agar tidak terjadi fitnah di masyarakat, serta menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW:
"Adakanlah walimah (resepsi) walau hanya dgn menyembelih seekor kambing. [HR. Malik No.999].
Jika malah menjadi ladang dosa, lalu apalah gunanya.
Oh ya, saya juga pernah mendapat saran dari teman terkait undangan pernikahan.
"Dha, kalo nikah nanti usahakan undangannya jangan ada kalimat ALLAH -nya, kayak Bismillah atau Ayat-ayat Al-Qur'an"
"Lhooo. Kenapa?"
"Kamu kalau dapat undangan, lama-lama di simpan atau dibuang undangannya?"
"Dibuang"
"Nah, apa gak berdosa tuh kita nyantumin kalimat ALLAH, padahal kita tahu barang itu bakal masuk tempat sampah?"
"Iya sih, tapi kan gak islami?"
"Kelihatan islami mungkin, pilih mana, kelihatan islami tapi banyak dosa atau ga kelihatan islami tapi ga dapet dosa?"
"Hmmmm..."
Semoga Bermanfaat.
Wassalamu'alaykum warahamtullahi wabarakatuh,
Ridha Ananda Cipta
Twitter/Instagram : @RestorasiRidha
Facebook.com/ReStoreID
Kompasiana.com/RidhaAnanda
Email : RidhaStill@live.com
ECAMP #95 | #MBM16
Belum ada tanggapan untuk "RESEPSI"
Post a Comment